• Puisi
  • TV Online
  • Radio online
  • Live score Bola
  • Film
  • Games
  • Tukar Link
  •  joyodrono
    Diberdayakan oleh Blogger.

    Soekarno dan Kemerdekaan

    Soekarno dan Kemerdekaan 1 | joyodrono mabung
    Setelah Pengakuan Kedaulatan (Pemerintah Belanda menyebutkan sebagai Penyerahan Kedaulatan), Presiden Soekarno diangkat sebagai Presiden Republik Indonesia Serikat (RIS) dan Mohammad Hatta diangkat sebagai perdana menteri RIS. Jabatan Presiden Republik Indonesia diserahkan kepada Mr Assaat, yang kemudian dikenal sebagai RI Jawa-Yogya. Namun karena tuntutan dari seluruh rakyat Indonesia yang ingin kembali ke Negara kesatuan, maka pada tanggal 17 Agustus 1950, RIS kembali berubah menjadi Republik Indonesia dan Presiden Soekarno menjadi Presiden RI. Mandat Mr Assaat
    sebagai pemangku jabatan Presiden RI diserahkan kembali kepada Ir. Soekarno.
    Resminya kedudukan Presiden Soekarno adalah presiden konstitusional, tetapi pada
    kenyataannya kebijakan pemerintah dilakukan setelah berkonsultasi dengannya.

    Mitos Dwitunggal Soekarno-Hatta cukup populer dan lebih kuat dikalangan rakyat
    dibandingkan terhadap kepala pemerintahan yakni perdana menteri. Jatuh bangunnya
    kabinet yang terkenal sebagai "kabinet semumur jagung" membuat Presiden Soekarno
    kurang mempercayai sistem multipartai, bahkan menyebutnya sebagai "penyakit
    kepartaian". Tak jarang, ia juga ikut turun tangan menengahi konflik-konflik di tubuh
    militer yang juga berimbas pada jatuh bangunnya kabinet. Seperti peristiwa 17 Oktober
    1952 dan Peristiwa di kalangan Angkatan Udara.

    Dengan Dekrit 5 Juli 1959, Soekarno membubarkan Konstituante yang bertugas
    merancang UUD baru bagi Indonesia, serta memulai periode yang dalam sejarah politik
    kita disebut sebagai "Demokrasi Terpimpin". Peristiwa ini sangat penting, bukan saja
    karena menandai berakhirnya eksperimen bangsa Indonesia dengan sistem demokrasi
    yang liberal, tetapi juga tindakan Soekarno tersebut memberikan landasan awal bagi
    sistem politik yang justru kemudian dibangun dan dikembangkan pada masa Orde Baru.
    Tapi bukankah Soekarno amat berbeda dari Soeharto, pendiri Orde Baru yang
    menggantikannya lewat serangkaian manuver politik sejak tahun 1965 yang hingga kini
    masih banyak diselimuti misteri?Tentu banyak perbedaan antara Soekarno dan Soeharto
    yang amat gamblang. Presiden pertama RI dikenal sebagai orator yang ulung, yang dapat
    berpidato secara amat berapi-api tentang revolusi nasional, neokolonialisme dan
    imperialisme. Ia juga amat percaya pada kekuatan massa, kekuatan rakyat.





    Hal tersebut nampak daam ungkapannya "AKU ini bukan apa-apa kalau tanpa rakyat.
    Aku besar karena rakyat, aku berjuang karena rakyat dan aku penyambung lidah rakyat."
    Pengakuan ini meluncur dari Soekarno, Presiden RI pertama, dalam karyanya Menggali
    Api Pancasila.

    Dengan mengubur partai politik, Soekarno menganggap bahwa bangsa Indonesia dapat
    kembali kepada "rel" revolusi yang sejati dengan semangat persatuan, simpati Soekarno
    pada gerakan-gerakan anti-imperialisme dan mungkin sebagai salah satu konsekuensi,
    penerimaannya pada Partai Komunis Indonesia (PKI) sebagai aktor politik yang sah.

    Adalah penting juga untuk dicatat bahwa salah satu kekuatan pendukung utama upaya
    Soekarno untuk memberlakukan Demokrasi Terpimpin adalah Angkatan Darat. Mengapa
    Angkatan Darat mendukung upaya Soekarno? Jawabannya sebenarnya cukup sederhana.
    Ada persamaan nasib antara Soekarno dan tentara di dalam sistem demokrasi liberal yang
    mementingkan peranan partai dan parlemen, yakni keduanya tidak mempunyai akses
    yang langsung terhadap jalannya roda pemerintahan.

    Dengan kata lain, di luar jatuh bangunnya kabinet dalam sistem liberal tahun 1950-an
    serta pemberontakan-pemberontakan di daerah, baik Soekarno dan Angkatan Darat
    mempunyai kepentingan nyata untuk membangun suatu sistem politik baru yang
    memberikan mereka kekuasaan yang lebih langsung. Bisa dikatakan Soekarno tidak puas
    sebagai presiden yang hanya bersifat figure-head, sedangkan Angkatan Darat telah
    berkembang menjadi kekuatan yang juga tidak puas dalam peranan hanya sebagai
    penjaga pertahanan dan keamanan belaka. Pembahasan terhadap kepentingan-
    kepentingan konkret seperti ini tidak lazim ditemukan dalam pelajaran sejarah di sekolah
    pada tahun 1950-an.


    Perlu diingat pula bahwa, untuk sebagian, penaklukan terhadap pemberontakan daerah
    telah menghasilkan suatu pimpinan Angkatan Darat yang jauh lebih bersatu dibandingkan
    sebelumnya. Jenderal Abdul Haris Nasution telah tampil sebagai pimpinan yang mampu
    untuk meredam tantangan yang diajukan oleh komandan-komandan lokal yang
    memberontak karena tidak senang dengan dominasi Jakarta/Jawa. Di samping itu, kondisi
    darurat yang dicanangkan untuk menghadapi pemberontakan daerah telah menempatkan
    banyak perwira militer sebagai administrator roda pemerintahan. Lebih jauh lagi,
    nasionalisasi perusahaan-perusahaan asing di tahun 1957-yang sebenarnya dipelopori
    oleh serikat buruh-telah menempatkan banyak perwira militer di pucuk pimpinan
    perusahaan-perusahaan negara yang terbesar. Diantaranya adalah Ibnu Sutowo yang
    kemudian mengembangkan Pertamina.

    Dengan posisi politik dan ekonomi yang kuat seperti ini, tampaknya militer tergiur untuk
    mempunyai peranan yang langsung di dalam system politik. "Demokrasi Terpimpin"-nya
    Soekarno memberikan peluang. Di antara golongan "fungsional" atau "karya" yang boleh
    duduk dalam parlemen adalah tentara.





    Presiden Soekarno juga banyak memberikan gagasan-gagasan di dunia Internasional.
    Keprihatinannya terhadap nasib bangsa Asia-Afrika, masih belum merdeka, belum
    mempunyai hak untuk menentukan nasibnya sendiri, menyebabkan presiden Soekarno,
    pada tahun 1955, mengambil inisiatif untuk mengadakan Konferensi Asia-Afrika di
    Bandung yang menghasilkan Dasa Sila. Bandung dikenal sebagai Ibu Kota Asia-Afrika.
    Ketimpangan dan konflik akibat "bom waktu" yang ditinggalkan negara-negara barat
    yang dicap masih mementingkan imperialisme dan kolonialisme, ketimpangan dan
    kekhawatiran akan munculnya perang nuklir yang merubah peradaban, ketidakadilan
    badan-badan dunia internasional dalam pemecahan konflik juga menjadi perhatiannya.
    Bersama Presiden Josip Broz Tito (Yugoslavia), Gamal Abdel Nasser (Mesir),
    Mohammad Ali Jinnah (Pakistan), U Nu, (Birma) dan Jawaharlal Nehru (India) ia
    mengadakan Konferensi Asia Afrika yang membuahkan Gerakan Non Blok. Berkat
    jasanya itu, banyak negara-negara Asia Afrika yang memperoleh kemerdekaannya.
    Namun sayangnya, masih banyak pula yang mengalami konflik berkepanjangan sampai
    saat ini karena ketidakadilan dalam pemecahan masalah, yang masih dikuasai negara-
    negara kuat atau adikuasa. Berkat jasa ini pula, banyak penduduk dari kawasan Asia
    Afrika yang tidak lupa akan Soekarno bila ingat atau mengenal akan Indonesia.

    Guna menjalankan politik luar negeri yang bebas-aktif dalam dunia internasional,
    Presiden Soekarno mengunjungi berbagai negara dan bertemu dengan pemimpin-
    pemimpin negara. Di antaranya adalah Nikita Khruschev (Uni Soviet), John Fitzgerald
    Kennedy (Amerika Serikat), Fidel Castro (Kuba), Mao Tse Tung (RRT).

    Masa-masa kejatuhan Soekarno dimulai sejak ia "bercerai" dengan Wakil Presiden Moh.
    Hatta, pada tahun 1956, akibat pengunduran diri Hatta dari kancah perpolitikan
    Indonesia. Ditambah dengan sejumlah pemberontakan separatis yang terjadi di seluruh
    pelosok Indonesia, dan puncaknya, pemberontakan G 30 S, membuat Soekarno di dalam
    masa jabatannya tidak dapat "memenuhi" cita-cita bangsa Indonesia yang makmur dan
    sejahtera.

    Soekarno sendiri wafat pada tanggal 21 Juni 1970 di Wisma Yaso, Jakarta, setelah
    mengalami pengucilan oleh suksesornya yang "durhaka" Jenderal Suharto. Jenazahnya
    dikebumikan di Kota Blitar, Jawa Timur, dan kini menjadi ikon kota tersebut, karena
    setiap tahunnya dikunjungi ratusan ribu hingga jutaan wisatawan dari seluruh penjuru
    dunia. Terutama pada saat penyelenggaraan Haul Bung Karno

    demikian sekilas perjalanan Soekarno yan di ambil dari berbagai Sumber buku.
    Baca Juga mengenai :
    Soekarno-penggali-pancasila
    Soekarno-dan-latar-belakangnya
    Soekarno-dan-penjajahan-jepang
    Soekarno-dan-perang-revolusi


    Gambar Pahlawan Download Disini
    Di tulis Oleh :


    Translate to : by

    postingan ini berkategori PAHLAWAN dengan judul Soekarno dan Kemerdekaan . Jangan lupa menyertakan URL https://joyodrono-cahmabung.blogspot.com/2012/10/soekarno-dan-kemerdekaan.html . Jika ingin memposting ulang . Terima kasih!

    Belum ada komentar untuk " Soekarno dan Kemerdekaan "

    On Facebook

    Pengikut

    On Twitter

    News Google