• Puisi
  • TV Online
  • Radio online
  • Live score Bola
  • Film
  • Games
  • Tukar Link
  •  joyodrono
    Diberdayakan oleh Blogger.

    Menyusuri sejarah Mbah Ngaliman ( Sedudo ) - Naganjuk

    #Telisik Makam Mbah Ngaliman
    -----------------------------------------
    Berdirinya sebuah negara atau daerah termasuk Nganjuk yang dikenal
    sebagai Bumi Anjuk Ladang, tentu tidak terlepas dari sejarah
    perjuangan masa lampau, para leluhur, atau nenek moyang yang telah
    babad alas, hingga tumbuh dan berkembang seperti sekarang ini.
    Pada saat para wisatawan yang akan menikmati indahnya air terjun
    Sedudo, di dekat pintu gerbang obyek wisata akan menjumpai lokasi
    makam yang disebut makam Ki Ageng Ngaliman. Bagaimana sejarahnya ?
    *
    Berdasarkan data dan informasi yang direkam oleh Tim Penelusuran
    Sejarah Ngaliman yang melibatkan berbagai nara sumber baik yang berada
    di daerah Ngliman antara lain :
    Mbah Iro Karto (sesepuh masyarakat), Drs. Sumarsono (Kades Ngliman)
    Parmo (Mantan Kades Ngliman) , Suprapto (mantan Kades Sidorejo),
    Imam Syafi'i (Juru Kunci Makam), Sumarno (Kamituwo),
    Sarni (Jogoboyo) maupun nara sumber yang berada diluar daerah Ngliman
    antara lain:
    Kyai Ahmad Suyuti (Ngetos),
    KH. Qolyubi (Keringan),
    KH. Moh. Huseini Ilyas (Karang Kedawang , Trowulan Mojokerto).
    *
    KH. Moh. Huseini Ilyas ini merupakan salah satu keturanan Ki Ageng
    Ngaliman Gedong Kulon, maka tersusunlah tulisan seperti di bawah
    ini.Di Desa Ngliman terdapat dua makam yang sama-sama disebut Ki Ageng
    Ngaliman. Akan tetapi guna membedakan kedua makam tersebut maka
    digunakan sebutan :
    .
    a. Makam Gedong Kulon ;
    b. Makam Gedong Wetan.
    Ki Ageng Ngaliman Gedong Kulon
    Ki Ageng Ngaliman dimakamkan di Desa Ngliman Kecamatan Sawahan + 50
    Meter sebelah selatan Balai Desa Ngliman. Beliau dimakamkan
    bersama-sama dengan para sahabat dan pengikutnya. Dalam satu kompleks
    bangunan makam tersebut terdapat enam makam antara lain :

    a. Ki Ageng Ngaliman ;
    b. Pengeran Pati ;
    c. Pangeran Kembang Sore ;
    d. Pangeran Tejo Kusumo ;
    e. Pangeran Blumbang Segoro ;
    f. Pangeran Sumendhi.
    *
    Menurut nara sumber dari Ngliman bahwa di pintu depan Makam Ki Ageng
    Ngaliman terdapat gambar bintang, kinjeng, ketonggeng, burung dan
    bunga teratai. Gambar-gambar tersebut kemungkinan menunjukkan makna
    tersendiri, namun sampai saat ini penulis belum bisa mengungkapkannya.
    *
    Ki Ageng Ngaliman berasal dari Solo Jawa Tengah. Ketika Surakarta
    digempur oleh Belanda, maka oleh Nur Ngaliman yang pada waktu itu
    menjabat sebagai Senopati Keraton Surakarta dengan sebutan Senopati
    Suroyudo, Keraton Surakarta dikocor secara melingkar dengan air kendi.
    Akibat dari tindakan tersebut kendaraan pasukan Belanda luluh, waktu
    masuk keraton seperti masuk sarang angkrang, akhirnya beliau ditemui
    oleh Nabi Khidir agar menemui sanak saudaranya yang ada di Karang
    Kedawang Trowulan Mojokerto.
    *
    Ki Ageng Ngaliman masih keturunan Arab dan mempunyai anak sebanyak 21
    orang. Keterangan ini diperoleh dari salah satu keturunan Ki Ageng
    Ngaliman yang bernama KH. Huseini Ilyas. Perang di Solo tersebut
    melibatkan kaum Cina yang dikenal dengan sebutan Perang Gianti pada
    sekitar tahun + 1720 M. (sumber : KH. Qolyubi).
    *
    SILSILAH KI AGENG NGALIMAN menurut KH. Huseini Ilyas adalah : RONGGOWARSITO
    NUR FATAH
    NUR IBRAHIM
    SYEH YASIN SURAKARTA
    NUR NGALIMAN/ SENOPATI SUROYUDO ---MUSYIAH
    I L Y A S
    KH. HUSEINI ILYAS (TROWULAN MOJOKERTO)
    *
    Perjalanan Hidupnya KH. Qolyubi tokoh ulama asal Kelurahan
    Mangundikaran itu berpendapat bahwa aktifitas yang dilakukan Ki Ageng
    Ngaliman adalah untuk mempersiapkan perjuangan melawan Belanda dengan
    diadakan pelatihan fisik dan mental yang bertempat di Padepokan yang
    sampai saat ini disebut Sedepok, dan di Sedudo yang letaknya di Puncak
    Gunung Wilis. Perjuangan tersebut ditujukan guna memerangi Pemerintah
    Belanda yang sedang ikut mengendalikan pemerintahan di Kasultanan
    Surakarta.
    Dasar pemikiran yang melatarbelakangi hijrahnya Ki Ageng Ngaliman dari
    Solo ke Nganjuk adalah karena Nganjuk merupakan wilayah Kasultanan
    Mataram sehingga juga berguna untuk menghindari kecurigaan maka Ki
    Ageng Ngaliman melatih prajuritnya menetap di daerah Nganjuk yang
    merupakan wilayah kasultanan Mataram. Sehingga terjadilah kepercayaan
    bahwa siapa saja yang menyebut nama Kyai Ageng Ngaliman akan mati
    dimakan binatang buas sebab memang beliau dirahasiakan namanya agar
    supaya tidak diketahui oleh Kasultanan Solo.
    *
    Dalam perjalanan waktu menurut cerita bahwa desa Kuncir asal usulnya
    dari murid Ki Ageng Ngaliman yang meninggal dalam perjalanan di tempat
    tersebut, dia adalah seorang cina yang waktu itu cina memakai rambut
    yang dikuncir/dikepang sehingga tempat meninggalnya murid Ki Ageng
    Ngaliman tersebut di sebut Desa Kuncir.
    Dari uraian tersebut diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa Ki Ageng
    Ngaliman merupakan seorang Kyai yang mempunyai keahlian nggembleng
    ulah kanuragan keprajuritan. Bagi masyarakat Ngliman, karomah yang
    dirasakan sampai saat ini adanya ketentraman dan kedamaian dalam
    kehidupannya.
    *
    Mengingat Ki Ageng Ngaliman yang mempunyai keahlian neggembleng ulah
    kanuragan keprajuritan maka banyak pusaka yang ditinggalkannya. Ki
    Ageng Ngaliman masih mempunyai peninggalan berupa tanah di depan
    Masjid Ngaliman sehingga oleh perangkat dusun waktu itu tanah tersebut
    dibangun sebuah tempat yang disebut dengan Gedong Pusaka dan
    peninggalan pusakanya Ki Ageng Ngaliman di tempatkan di Gedong pusaka
    tersebut. Sebenarnya pusaka Ki Ageng Ngaliman cukup banyak tetapi ada
    yang dicuri orang sehingga yang ada di Gedong Pusaka saat ini hanya
    ada beberapa pusaka.
    *
    Berdasarkan nara sumber dari Ngliman bahwa yang berada dan disimpan
    digedong pusoko antara lain :
    a. Kyai Srabat ; (Hilang tahun 1976)
    b. Nyai Endel ; (Hilang tahun 1976)
    c. Kyai Berjonggopati; (Hilang tahun 1949 saat klas Belanda kedua)
    d. Kyai Trisula ; (Hilang tahun 1949 saat klas Belanda kedua)
    e. Kyai Kembar
    f. Dalam bentuk Wayang antara lain : Eyang Bondan, Eyang Bethik, Eyang
    Jokotruno, Kyai Panji, dan Nyai Dukun
    g. Kamar 1 buah
    h. Kotak Wayang Kayu 1 buah
    i. Terbang
    j. Almari tempat pusaka 2 buah
    k. Tempat Plandean Tumbak
    Pada bulan Suro diadakan jamasan pusaka Ki Ageng Ngaliman dan dikirap
    mengelilingi Desa Ngliman.
    *
    Air terjun yang ada di Ngliman sebenarnya banyak sekali antara lain :
    Sedudo, Segenting, Banyu Iber, Banyu Cagak, Banyu Selawe, Toyo Merto,
    Tirto Binayat, Banyu Pahit, Selanjar dan Singokromo.Sedangkan yang
    mudah dan bisa dikunjungi adalah Sedudo dan Singokromo. Sedangkan yang
    lainnya seperti Banyu Cagak, Banyu Selawe, Banyu Iber hanya bisa
    dikunjungi dengan jalan setapak. Adapun air yang paling besar adalah
    Air terjun Banyu Cagak. Menurut pendapat dari Bapak Sarni (Jogoboyo
    Ngliman) bahwa untuk pengembangan Wisata perlu dibangun kolam renang
    di Ganter dan dibuatkan perkemahan.
    *
    Ki Ageng Ngaliman Gedong Wetan
    Makam Ki Ageng Ngaliman Gedong Wetan terletak di Desa Ngliman + 100 M
    ke arah timur dari Kantor Desa Ngliman.
    Mbah Iro Karto maupun KH. Qolyubi berpendapat bahwa Ki Ageng Ngaliman
    Gedong Wetan adalah keturunan dari Gresik. Menurut sejarah telah
    disepakati bahwa setiap pengangkatan Sultan yang dinobatkan terutama
    dari keturunan Demak harus mendapat restu dari keturunan Giri Gresik.
    Hal ini disebabkan karena sewaktu kerajaan Majapahit runtuh, oleh wali
    9 yang diangkat menjadi Sultan adalah Kanjeng Sunan Giri. Setelah 100
    hari setengah riwayatnya 40 hari, kesultanan dihadiahkan kepada Raden
    Patah.
    *
    Hal ini untuk menghindari citra bahwa Raden Patah merebut kekuasaan
    dari ayahnya sendiri. Dengan demikian setiap pergantian Sultan Demak
    yang menobatkan adalah keturunan Kanjeng Sunan Giri. Setelah
    kasultanan Pajang runtuh, Sultan Hadiwijoyo pindah ke Mataram. Dengan
    kejadian ini terjadi silang pendapat didalam keluarga Giri. Diantara
    keluarga yang tidak setuju dan kalah suara menyingkir ke Ngliman dan
    menyebarkan agama Islam di Ngliman yang kemudian dimakamkan di Ngliman
    Gedong Wetan, Karena beliau lebih cenderung pada keturunan Demak Asli.
    Kemudian kepergian beliau ditelusuri oleh orang Demak asli bernama
    Dewi Kalimah yang kemudian meninggal dan dimakamkan di Kebon Agung.
    Rentang waktu antara Ngaliman Gedong Wetan dengan Ngaliman Gedong
    Kulon terpaut waktu antara + 200 tahunan. Lebih tua Gedong Wetan.
    Setelah Ngaliman Gedong Wetan meninggal, keluarganya diboyong ke
    Kudus.
    *
    Demikian hasil penelusuran sumber sejarah mengenai riwayat Ki Ageng
    Ngaliman yang dihimpun dari berbagai nara sumber mudah-mudahan dapat
    bermanfaat bagi pengembangan obyek wisata religius. Dasar pemikiran
    yang sangat sederhana ini mudah-mudahan ada gayung bersambut dari
    pihak-pihak terkait guna pengkajian yang lebih mendalam.
    *
    Dari uraian tersebut diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa :
    1. Beliau yang dimakamkan di Ngaliman Gedong Kuolon berasal dari Solo
    Jawa Tengah dan masih keturunan Arab dan merupakan Senopati Perang
    Keraton Solo yang bernama Senopati Suroyudo. Perpindahan tersebut
    terjadi pada saat pergolakan Perang Gianti sekitar abad 17.
    .
    2. Ki Ageng Ngaliman Gedong Kulon adalah Kyai yang ahli dalam hal
    penggemblengan ilmu kanuragan. Ini bisa di buktikan bahwa di Desa
    Ngaliman tidak ada Pondok Pesantren namun yang ada tempat peninggalan
    untuk latih keprajuritan dan beberapa pusaka.
    .
    3. Beliau yang dimakamkan di Gedong Wetan berasal dari Gresik Jawa
    Timur sekitar abad 15 saat terjadi silang pendapat tentang penentuan
    orang yang menjabat sebagai raja di kerajaan Demak
    *
    Kirab Pusoko
    ------------------
    Tempat atraksi wisata budaya berupa Kirab Pusoko dipusatkan di Gedung
    Pusoko Desa Ngliman Kecamatan Sawahan. Acara Kirab Pusoko digelar
    setiap bulan Maulud (dikaitkan dengan Bulan Kelahiran Nabi Muhamad,
    SAW), pada acara Kirab Pusoko ini selain acara yang sudah bersifat
    pakem, diisi pula pemeran produk unggulan penunjang dunia
    kepariwisataan. Dengan demikian nampak lebih semarak.
    *
    Kirab pusaka biasanya dimulai sekitar pukul 09.00 itu berawal dari
    Dukuhan Bruno berjalan berarak-arakan menuju Gedung Pusoko berjarak
    sekitar 2,5 km. Saat itu pula warga di masing-masing pedukuhan
    mengadakan selamatan, dengan suguhan jajanan pala kependem. Yaitu
    seperti ketela, ubi, garut, kacang tanah dan lain-lainnya.
    Pusoko yang dikirab berjumlah enam buah, sebagian banyak berupa wayang
    kayu. Kecuali Kyai Kembar yang berbentuk Cundrik Lar Bangao. Keenam
    pusaka itu ialah Kyai Bondan, Kyai Djoko Truno, Kyai Bethik, Kyai
    Kembar, dan Eyang Dukun serta Eyang Pandji.
    *
    Masyarakat sekitar mempercayai bahwa pusaka-pusaka itu banyak membawa
    tuah diantaranya untuk keberhasilan dunia pertanian dan juga berkah
    kesehatan. Sebab, seperti dituturkan oleh Sang Juru Kunci Gedung
    Pusoko Ngalimin (65), konon ceritanya dulu kala ketika Desa Ngliman
    diserang wabah penyakit termasuk tanaman pertaniannya, Kyai Bondan dan
    Kyai Djoko Truno keliling desa dengan ditandai bunyi klintingan. "
    Karenanya, di daerah Ngliman dan sekitarnya, walaupun bayi dilarang
    mengenakan klinting" tambah mBah Ngalimin.
    *
    Acara ini tidak ada kaitannya dengan agama., Bahkan, acara seperti itu
    bisa saling melengkapi kasanah budaya khususnya budaya jawa. Oleh
    karenanya, kedepan acara serupa bisa dikemas sebagai sebuah atraksi
    wisata budaya yang layak jual.....

    *Sumber : Putra Wilis

    #MbahNgaliman
    #sedudo
    #sawahan
    #Nganjuk
    Di tulis Oleh :


    Translate to : by

    postingan ini berkategori dengan judul Menyusuri sejarah Mbah Ngaliman ( Sedudo ) - Naganjuk . Jangan lupa menyertakan URL http://joyodrono-cahmabung.blogspot.com/2017/01/menyusuri-sejarah-mbah-ngaliman-sedudo.html . Jika ingin memposting ulang . Terima kasih!

    6 komentar untuk " Menyusuri sejarah Mbah Ngaliman ( Sedudo ) - Naganjuk "

    andini mengatakan...

    seru sekali sepertinya

    Unknown mengatakan...

    Janchuk-an

    Unknown mengatakan...

    Taek Asuhhh

    Rahmad adi saputra mengatakan...

    ?"

    Ismail Adha mengatakan...

    Biarkan itu menjadi Misteri dari Syekh Nur Ngaliman (Kerajaan Mataram Islam) dan Ki Ageng Ngaliman (Kerajaan Majapahit), walaupun beberapa pusaka leluhur dari Syekh Nur Ngaliman ada yg hilang dicuri, tetapi salah satu Pendamping Syekh Nur Ngaliman yg sempat diwariskan kepada Saudara Seperguruan Beliau, yaitu : Ki Ageng Ngaliman Gedong Kulon (Tidak Ada Penerusnya Setelah Moksa) skrg sudah kembali menjadi pendamping salah satu cicitnya disini, Salam Sedulur...

    Anonim mengatakan...

    Saya mempunyai tinggalan sebuah batu, dgn sebutan kol Buntet, sepasang

    On Facebook

    Pengikut

    On Twitter

    News Google