Sebuah Ungkapan hati dari seorang yang bermukim di Desa Sawaran kulon-Kd jajang - Lumajang
Koperasi sebuah nama sebuah cerita yang selalu menyisakan cerita-cerita, koperasi merupakan badan usaha dan sekaligus gerakan ekonomi rakyat, sampai kapankah koperasi mempunyai cerita yang mampu mencatat dan mengukir sejarah gemilang di Republik ini untuk mengentaskan kemiskinan melalui wadah koperasi sebagai kekuatan dan perjuangan membangun bangsa.
Terlintas dibenakku dalam kalbu yang dalam keseharian terlibat langsung dalam perkembangan KopKar Gunung ringgit, selalu melihat semakin hari semakin mundur, lalu mengapa dan bagaimana?....
Dalam era otonomi sekarang ini jika dibandingkan dengan era orde baru sebelumnya, sebenarnya pembinaan dan pembangunan koperasi jauh lebih baik dan fokus. Namun coba lihat lebih lanjut:
1. Peningkatan pembinaan SDM koperasi melalui bimbingan teknis tidak pernah di lakukan, juga temu konsultasi maupun melalui diklat-diklat yang semuanya agar kualitas SDM koperasi mampu bersaing di era globalisasi yang menuntut kualitas dan daya saing tinggi juga tidak pernah di lakukan, Ini problem apakah pengurus koperasi tidak mau belajar dan apakah koperasi tidak mendengar SDM koperasi masih disebut-sebut lemah. Ataukah pengurus koperasi tidak merasa ditantang untuk maju. Kelemahan SDM koperasi diindikasikan lemahnya sistem pengelolaan kearah profesionalisme, lalu pengelolaan yang bagaimana agar SDM koperasi bangkit dan menjadi koperasi yang tangguh dan mandiri.
2. Event promosi/pameran tidak penah dilakukan, Padahal ini sangat penting, suadh takut dengan baying-bayang :berapa besar biaya yang dikeluarkan dan berapa besar pula tenaga, waktu dan pikiran yang dicurahkan oleh koperasi, tapi lagi-lagi jika ditanya kepada koperasi, produk yang dihasilkan masih sulit dipasarkan. Mengapa dan mengapa, apakah masih kurang geliat dan kurang serius penanganannya dan apakah koperasi memang masih kurang informasi untuk memasarkan?.....
3. Koperasi masih menganggap teknologi kurang penting, sehingga koperasi masih bersikeras bahwa produk yang dihasilkan adalah produk yang tidak bisa dihasilkan oleh koperasi lain, atau jika diambil istilah mempunyai keunggulan komparatif, padahal peranan teknologi informasi bagi koperasi sudah tidak harus menawar lagi, mutlak dan wajib masuk ke era informasi jika koperasi ingin maju dan produk yang dihasilkan dikenal masyarakat, tapi tidak hanya sekedar usaha simpan pinjam saja, tapi koperasi harus mampu melebarkan sayap selebar-lebarnya dengan memahami dan menggunakan teknologi informasi. Kalau koperasi masih dikategorikan lemah mengakses teknologi informasi, sampai kapan koperasi disebut tidak gatek lagi. Karena sekarang ini orang mampu menjual produk melalui sistem on-line dengan berbagai macam pilihan, masyarakat tinggal klik saja produknya terjual.harusnya kita belajar dengan cina. Produk Cina laris dipasaran karena adanya informasi yang luas sampai ke desa-desa.
4. KopKar Gunung Ringgit apakah masih kurang modal?sebenarnya tidak, sehingga kelamahan koperasi masih didengung-dengungkan kurang dan kurang modal, sampai kapan bahwa koperasi modalnya cukup untuk meningkatkan produktivitas usahanya, padahal koperasi sebagai wadah harus mampu menghimpun modal dari dalam (simpanan pokok, wajib, sukarela dan simpanan lain-lain) tapi mengapa modal harus mencari suntikan, melalui akses Kredit Usaha Rakyat (KUR), katanya sulit karena harus menggunakan agunan, sedangkan koperasi tidak punya agunan yang memadai, lalu bagaimana. Menghimpun dana dari anggota tidak cukup, atau modal dari beberapa orang yang punya modal dijadikan satu dan koperasi hanya dijadikan wadah saja untuk berusaha, apakah harus begitu koperasi, kalau begini bagaimana dengan nilai-nilai dasar koperasi?.....
5. Sebenarnya Fasilitator Dana sudah berbuat banyak dengan berbagai macam program bantuan dana Pinjaman kepada koperasi, tapi kurang-kurang lagi. Kalau dana bergulir digunakan yang penggunaannya optimal, seharusnya koperasi tidak lagi mendengungkan kekurangan modal, atau memang Fasilitator Dana harus eksis terus menerus memberi bantuan permodalan kepada koperasi agar keberadaan pemerintah dalam hal ini Kementerian Koperasi dan UKM tetap diakui keberadaannya. Seharusnya koperasi sudah tidak perlu lagi diberikan bantuan permodalan dan harus kembali kepada kifrahnya.
6. Satu hal lagi yang masih belum tuntas dalam pemikiran dan benakku, bahwa orang yang mengurusi/berperan di Koperasi tidak mengikuti azas Koperasi yang sebenarnya. Coba renungkan bagaimana ini, kalau ini terus menerus terjadi, sampai kapanpun koperasi tidak maju-maju dan mengakar dihati masyarakat. Seharusnya Pengurus Koperasi konsistensi dan kontinyuitas mengadakan pertemuan (Rapat Anggota) dalam melaksanakan program, baik program yang bersumber Internal maupun program External Pengembangan.sehingga tidak menimbulkan Duga dan Prasangka. Coba pikirkan…..
7. KopKar Gunung ringgit terlalu mengandalkan Konsep Di meja.sehingga enggan untuk
Sosialisasi.padahal majunya sebuah badan usaha tidak lepas dari ini.
8.Yang Jelas Fasilitator akan takut masuk apabila di kepengurusan orang orangnya tidak menggunakan AZAS KOPERASI yang benar.
Demikianlah curahan hati saya untuk direnung dan dijalankan, untuk membangun dan menumbuh kembangkan kembali KopKarGunung Ringgit Tercinta.
postingan ini berkategori
ARTIKEL
dengan judul
KopKar Gunung Ringgit Harus Bangkit, Bisakah?
. Jangan lupa menyertakan URL
http://joyodrono-cahmabung.blogspot.com/2011/08/sebuah-ungkapan-hati-dari-seorang-yang.html
. Jika ingin memposting ulang . Terima kasih!
1 Komentar untuk " KopKar Gunung Ringgit Harus Bangkit, Bisakah? "
Kami mohon maaf....tanggapan kami hapus
karena sudah kearah sara.untuk perhatiannya terimakasih.
Posting Komentar