• Puisi
  • TV Online
  • Radio online
  • Live score Bola
  • Film
  • Games
  • Tukar Link
  •  joyodrono
    Diberdayakan oleh Blogger.

    Persepsi Diri tentang Kebatinan

    kebatinan
    Sebagian besar orang memandang kebatinan adalah aliran kepercayaan di Indonesia yang tidak termasuk sebagai agama yang diakui seperti Islam, Kristen, Katolik, Budha dan Hindu. Ini adalah persepsi yang dangkal dan keliru, karena kebatinan tidak sesempit itu maknanya, tetapi lebih dalam dan luas. Kebatinan memiliki banyak makna dan definisi, tergantung dari sudut mana kita memandang.

    Kebatinan adalah sesuatu yang dirasakan manusia pada rasa yg paling dalam, dan terjadi pada siapa saja, termasuk yang sangat tekun dan murni dalam agamanya, karena setiap agama pun mengajarkan juga tentang apa yang dirasakan hati dan batin, mengajarkan untuk selalu membersihkan hati, bagaimana harus berpikir dan bersikap, dsb. Bahkan panggilan yang dirasakan seseorang untuk beribadah, itu juga batin. Dan dalam batin itu sendiri tersimpan sebuah kekuatan yg besar jika dilatih dan diolah. Kekuatan batin yang menjadi kekuatan hati dalam menjalani hidup dan memperkuat keimanan seseorang.

    Dalam agama juga diajarkan, untuk percaya tentang keberadaan mahluk halus yang tidak kelihatan mata dan hal-hal lain di luar jangkauan akal manusia. Justru agama mengajarkan bagaimana seharusnya manusia bersikap tentang itu, karena hal-hal itu adalah sesuatu yang nyata ada.pada dasarnya intinya adalah sama,hanya mekanismenya yang berbeda.


    Dengan adanya 5 agama yang di akui di Indonesia, manusia terkotak-kotak menjadi kelompok-kelompok yang membenarkan kelompoknya sendiri dan menyalahkan / merendahkan kelompok yang lain, termasuk antar kelompok manusia dalam agama yang sama.Keberadaan agama telah gagal total untuk bisa menggabungkan semua umat manusia dalam suasana damai dan rukun. Jangankan damai antar penganut agama yang berbeda, antar kelompok atau ‘aliran’ dalam satu agama yang sama pun sering terjadi persepsi yang bereda. Bahkan lebih buruk lagi, dengan dalih dan nama agama, manusia menganiaya dan membunuh manusia lainnya ! Naudzu billahi mindzalik.

    Mengapa agama sepertinya gagal total ?


    Sebenarnya kesalahannya tidak terletak pada agamanya, tetapi manusianya. Manusia yang berpikiran dangkal, yang menghayati dan mengamalkan agama hanya secara sempit. Manusia yang hanya menjalankan agamanya berdasarkan dogma dan doktrin agama dan fanatisme sempit.
    Hubungan manusia dengan Tuhan tidak bisa dicapai dengan doktrinasi agama, atau sekedar menghafalkan dan mem-beo segala macam doa dan ayat. Dan segala macam laku ibadah yang kelihatan mata, tidaklah dapat dijadikan ukuran keimanan seseorang.

    Kegagalan agama terletak pada kegagalannya, melalui pemuka-pemuka agamanya, dalam membina kebatinan para pemeluknya. Kegagalan yang justru menjauhkan manusia dari sikap arif bijaksana dan berbudi luhur. Seringkali kegagalan itu juga menyebabkan para penganutnya menjadi munafik, selain karena adanya kekurangan yang tidak dia dapatkan dari agamanya, mereka menutup-nutupi keberatannya atas segala aturan agama atau aturan-aturan dari pemuka agamanya yang membelenggunya, karena takut disebut kafir atau tidak beriman dan berusaha mempercantik diri supaya hal itu tidak tampak di hadapan orang lain

    Bahkan karena adanya ketidak-seragaman kebatinan pada para penganut agama itu pula yang menyebabkan munculnya banyak aliran atau sekte di dalam suatu agama. Dan masing-masing memiliki ke-Aku-an sendiri-sendiri, sehingga manusia terkotak-kotak menjadi kelompok-kelompok yang membenarkan kelompoknya sendiri dan menyalahkan / merendahkan, bahkan menghakimi kelompok yang lain, walaupun masih dalam lingkup agama yang sama.

    Agama dan kebatinan sebenarnya memiliki keterkaitan yang kuat. Tetapi orang sering mencampur-adukan 2 hal tersebut yang seharusnya berbeda. Tidak hanya di dalam kelompok kebatinan, di dalam kehidupan beragama pun ada saja orang yang melakukan pencarian spiritual dengan cara yang tersembunyi mengenai kebenaran sejati, kebenaran agama, kebenaran Tuhan, ataupun aspek kebijaksanaan lain. Dalam prakteknya, agama adalah jalan menuju spiritual, atau ada juga yang memiliki pemahaman yang dalam atas agama setelah melakukan pencarian spiritual. Pencapaian spiritualitas itulah yang menentukan kedalaman pengetahuan dan kebijaksanaan keagamaan seseorang. Tetapi jalan yang ditempuh untuk spiritualitas itulah yang kerap dipertentangkan orang.

    Mari kita tanyakan pada diri kita

    Apakah spiritual berada di luar lingkup agama ?
    Apakah kita harus mendalami agama dahulu agar dapat memiliki kebijaksanaan spiritual ?
    Apakah agama adalah satu-satunya jalan untuk memahami kebenaran Tuhan ?
    Bagaimana kita tahu kebenaran yang sejati kalau tidak memiliki kebijaksanaan spiritual ?
    Bagaimana kita tahu kebenaran agama kalau tidak memiliki kebijaksanaan spiritual ?

    Mengerti tentang kegaiban yang dialami manusia saja tidak mampu, bagaimana dapat mengerti dan mengenal Tuhan, yang sejatinya adalah sumber segala kegaiban. Itulah keterbatasan pikiran dan akal budi manusia. Karena itulah Allah membekali manusia dengan roh, supaya dengan rohnya manusia dapat mengerti kegaiban hidup dan mengenal Allah dan jalan yang benar menuju Allah, supaya manusia tidak hanya berkeras diri membela ajaran-ajaran dan dogma-doktrin yang membelenggu akal sehat, yang dia sendiri tidak mengetahui kebenarannya (hanya mampu percaya), dan juga supaya manusia memiliki hikmat kebijaksanaan dalam dirinya tentang Allah dan kebenaranNya.

    Seharusnya segala macam agama dan ibadah itu membawa manusia kepada ahklak yang baik.tidak untuk saling mencela dan merasa agama tertentu itu lebih baik dari yang lainnya.Coba kita kaji sebuah syair,yang mungkin bisa mengingatkan kita kemana sebenarnya kita nanti:

    Kawruhana.....
    Dununge wong urip puniko,
    Lamun mbenjang wus palastro,
    Wong mati ngendi parane ?.....

    Umpamane paksi mabur....
    Meksat saking kurungan neki,

    Umpamakna Wong lunga sonjo,
    Jang sinanjango wong sonjo
    Wajibe mulih...
    Bali ning ngisor Semboja...

    artinya adalah:

    Mengertilah...
    Bahwa Bagaimana kita di beri penghidupan
    Jika nanti sudah saatnya ajal
    Kearah mana kita pergi

    Ibarat burung yang terbang
    Lepas dari sangkarnya

    Seperti orang yang bepergian
    Saling kunjung mengunjungi
    pasti tetap pulang
    Dan rumahnya ada di bawah bunga Kamboja.

    Syair yang ditulis oleh Kya kanjeng beberapa tahun lalu sepertinya memang cocok sebagai warning pada diri kita,untuk selalu mengkoreksi diri dari apa yang sudah kita lakukan.Bahwa hidup hanya sebatas Mampir minum.




    Di tulis Oleh :


    Translate to : by

    postingan ini berkategori ARTIKEL dengan judul Persepsi Diri tentang Kebatinan . Jangan lupa menyertakan URL http://joyodrono-cahmabung.blogspot.com/2011/12/persepsi-diri-tentang-kebatinan.html . Jika ingin memposting ulang . Terima kasih!

    2 komentar untuk " Persepsi Diri tentang Kebatinan "

    Unknown mengatakan...

    saya suka sekali dengan postingan anda diatas..... sangat mencerahkan hati saya yang selama ini telah buta..... Salam kenal

    Unknown mengatakan...

    @ingin tahu:Terima kasih jika artikel ini bermanfaat bagi anda.

    On Facebook

    Pengikut

    On Twitter

    News Google