Kuliah dari hasil Kerajinan Wayang

Dua hari yang lalu saya berniat jalan-jalan ke Kota Jombang,sekedar ingin melepaskan segala kepenatan yang menumpuk pada awal bulan tahun ini.Sekalian bernostalgia mengenang kembali masa yang jadi moment penting dalam hidupku hingga sekarang.

Jombang adalah kota kecil dengan sebutan sebagai kota santri,baik dari dalam ataupun luar negeri.Sehingga tidak sedikit pendatang dari luar daerah yang berkunjung dengan tujuan sekedar refreshing atau berdagang.Begitulah Jombang selain akrab dengan nuansa Islamic,ternyata juga merupakan tempat pedagang kaki lima mengais rejeki di depan emperan toko pada sore hari.

Kami berdua sengaja memilih jalan kaki mulai dari perempatan Ringin contong menuju ke barat tepatnya di Shoping center Keraton.Banyak sekali aneka macam pedagang kaki lima di depan emperan toko,Namun begitu melihat seorang penjual kerajinan wayang kamipun berhenti.Nggak tahu kenapa saya begitu tertarik untuk melihatnya,alasannya simple sekali.saya teringat masa kecil saat Bapakku selalu memberikan koleksi wayang kulit sebagai mainanku.Kamipun ngobrol panjang lebar dengan penjualnya.

Namanya Pak Gimo ,asal Ds.Ngaglik-Pule kali-Wonogiri-Jawa tengah.Sudah hampir 5 th Pak Gimo berjualan Wayang mainan di emperan toko Pasar legi Jombang-Jawa timur,penghasilan yang di dapatnya lumayan besar,per harinya di buat rata-rata bisa mendapat Rp.300.000 .jumlah yang besar untuk pendapatan seorang pengrajin wayang mainan.

Sebuah wayang mainan ukuran sedang bisa terjual dengan harga sepuluh ribu s/d lima belas ribu,tergantung jenis motif wayangnya.Sedangkan untuk jenis yang besar bisa terjual dengan harga lima puluh sampai enam puluh ribu.Perbedaan harga semata karena bahan juga proses pembuatannya yang berbeda.

Untuk bahan dasarnya Pak Gimo menggunakan Kertas Duplex 500gr,satu meter kertas Duplex bisa menghasilkan empat buah wayang untuk ukuran medium sekitar panjang 50cm lebar 20cm.Sedangkan untuk ukuran besar hanya bisa dapat satu wayang,itupun harus double.Menurutnya yang paling mahal bahan dasarnya adalah harga catnya,satu kilo cat emas di beli dengan harga lima ratus ribu,itupun harus di olah sendiri karena masih dalam bentuk serbuk.

Seratus buah wayang bisa habis terjual hanya butuh waktu empat hari,mulai hari kamis hingga minggu.Sedangkan untuk hari senin sampai rabu Pak Gimo pulang ke Wonogiri kembali membuat kerajinan wayangnya untuk di jual kembali ke Jombang.Begitulah secara kontinuitas,Pak Gimo berada di Jombang mulai hari kamis sampai dengan minggu saja.Segi keuntungan dimiliki Pak Gimo,karena dialah satu-satunya penjual kerajinan wayang yang berada di Kota Jombang.

Selain sebagai penjual ternyata Pak Gimo juga hafal dengan kisah atau lakon dalam seni pedalangan,ini terbukti ketika iseng-iseng saya tanyakan sebuah nama wayang berikut ceritanya , Begitu detail dia ceritakan sampai tuntas sebuah lakon wayang yang saya tanyakan.

Salut saya dengannya,seorang pengrajin wayang mainan bisa menyekolahkan anaknya yang berjumlah tiga,satunya di tingkat SMA dan yang satunya sudah kuliah semester dua di daerah Solo – Jawa tengah.

Begitulah sobat,liburanku yang singkat cukup menambah pengalaman buat saya.

Salam Blogger.

Di tulis Oleh :

---

Translate to : by

---

postingan ini berkategori ARTIKEL dengan judul Kuliah dari hasil Kerajinan Wayang . Jangan lupa menyertakan URL http://joyodrono-cahmabung.blogspot.com/2012/02/kuliah-dari-hasil-kerajinan-wayang.html . Jika ingin memposting ulang . Terima kasih!