• Puisi
  • TV Online
  • Radio online
  • Live score Bola
  • Film
  • Games
  • Tukar Link
  •  joyodrono
    Diberdayakan oleh Blogger.

    Naskah Drama Remaja - Aku vs Ayahku

    Aku vs Ayahku
    PEMBUKA

    GONG DUA BERBUNYI.

    PARA PEMAIN MUNCUL DARI PINTU MASUK AUDITORIUM, MENUJU PANGGUNG. SEMUA MENYAPA PENONTON DENGAN RAMAH “ SELAMAT MALAM SEMUA, SELAMAT DATANG … APA KABAR ?. ”

    SESAMPAI DI PANGGUNG, PARA PEMAIN MENATA SET DAN PERALATAN LAINNYA. BAGUS, PEMIMPIN MEREKA, MEMBERI KOMANDO BAGAIMANA SET DAN PERALATAN HARUS DI TATA.



    KEMUDIAN DARI SALAH SATU SISI PANGGUNG MUNCUL MENEJER PANGGUNG, YANG MEMBERI TAHU BAHWA KOMANDO BAGUS TERNYATA SALAH. SET DAN SEMUA PERALATAN KEMUDIAN DI TATA ULANG SEPERTI PETUNJUK MENEJER PANGGUNG.

    SEMUA PEMAIN TURUT AKTIF MENYIAPKAN PERALATAN.
    MENEJER PANGGUNG DIBANTU BAGUS SESEKALI MENGECEK APAKAH SEMUA PERALATAN DITEMPATKAN PADA TEMPATNYA ATAU TIDAK.

    MEREKA MEMERIKSA DARI BEBERAPA SUDUT, KEMUDIAN BEBERAPA KALI MELIHAT ARLOJINYA, DAN KETIKA MENYADARI SUDAH WAKTUNYA PERTUNJUKAN DIMULAI, MENEJER PANGGUNG BERTANYA PADA PARA PEMAIN

    MENEJER PANGGUNG
    Bagaimana, sudah siap ?

    PARA PEMAIN
    Belummm …

    MENEJER PANGGUNG
    Oke, cepat sedikit kalau begitu.

    LALU MENEJER PANGGUNG BERUNDING DENGAN BAGUS. KEMUDIAN MEREKA SEPAKAT, BAGUS MEMULAI PERTUNJUKAN SEMENTARA PANGGUNG DISIAPKAN.

    MENEJER PANGGUNG TURUN TANGAN LANGSUNG MEMBANTU PERSIAPAN, IKUT MENGANGKAT SET DAN PERALATAN, BAGUS MEMULAI PERTUNJUKAN.


    BAGUS / Narator ( BICARA PADA PENONTON )
    Ternyata repot sekali membuat pementasan teater. Tapi jangan kuatir, apa pun yang terjadi pertunjukan akan tetap jalan. Selesai tidak selesai panggung ini ditata, kami akan tetap main. Sebab kami berlatih sudah sangat lama, sekitar 6 bulan. Kami sudah banyak kehilangan waktu, tenaga, dan tentu saja biaya. Sia-sia sekali kalau kami tidak jadi main gara-gara panggung belum beres. Kami pun merasa berdosa pada Anda semua. Jadi jangan kuatir, kami pasti main.

    Malam ini kami akan membawakan lakon berjudul MARNI versus Ayah, lakon yang sederhana tapi seru. Seru di sini bukan saja ramai, tapi punya arti lain, yaitu Sedikit Ruwet. Ini lakon tentang pertentangan anak muda dan orang tua, pertentangan pop dan klasik, tradisi dan modern. Pertentangan yang sebetulnya tidak perlu ada. Tapi begitulah, nyatanya pertentangan semacam ini selalu ada, dari waktu ke waktu. Dan gara-gara pertentangan ini, kita semua sering kehabisan waktu. Cinta, kata orang bisa menjadi jawaban semua masalah. Tapi dalam kasus ini, cinta mengakibatkan banyak masalah.

    Lihat, apa yang terjadi dengan Marni, tokoh utama lakon ini. Marni !

    MARNI ( MENDEKAT )
    Ya …

    BAGUS
    Lho, kok cengegesan ? Kamu kan ceritanya lagi patah hati.

    MARNI
    Kan belum mulai ?

    BAGUS
    Oh, ya. Tapi ini sudah waktunya mulai. Siap dong, aktris harus siap sebelum mulai.

    MARNI
    Tapi panggungnya juga belum siap.

    BAGUS
    Lho, belum siap juga ? Ya ampun, lama betul. He, menejer panggung, masih lama ?

    MENEJER PANGGUNG
    Sebentar lagi. Ngomong aja dulu.

    BAGUS
    Eee .. sudah berbusa begini. Bisa keburu pulang nanti penontonnya.

    MARNI
    Ya … jangan dong. Para penonton, mohon jangan pulang dulu ya ? Betul, ya ? Kan belum nonton Marni akting. Nanti ada door prize-nya lho.

    BAGUS
    Ngawur. Door prize, memangnya infotainment. Sudah, sudah, sana siap-siap.
    ( MARNI PERGI )
    Maaf. Itu tadi pemeran Marni. Dia ceritanya patah hati melulu. Karena setiap kali Marni jatuh cinta, atau ada pemuda jatuh cinta padanya, babenya selalu melarang. Dan anehnya, sang babe selalu punya alasan yang sama aku sayang sama kamu NAK, jadi aku harus menjagamu. Gile, memangnya cinta itu kejahatan. Atau jangan-jangan babe si Marni ngidam jadi sekuriti.

    MARJUKI
    He, ngomongin gue lu ? Sompret kamu. Berani-beraninya.

    BAGUS
    Siapa ngomongin ? Ini perkenalan tokoh, namanya.

    MARJUKI
    Pakai diperkenalkan segala. Memangnya saya tidak bisa memperkenalkan sendiri tokoh yang saya mainkan ?

    BAGUS
    Bisa, bisa. Justru ini untuk membantu situ. Supaya penonton lebih jelas, Marjuki itu tokoh macam apa. Soalnya akting situ pas-pasan.

    MARJUKI
    Sembarangan ! Saya aktor. Main saya dijamin bagus. Dalam lakon ini Marjuki pun tokoh penting, jelas karakternya. Tidak perlu diperkenalkan.

    BAGUS
    Tetap perlu diperkenalkan, kawan. Jangan kata Marjuki, capres juga perlu perkenalan, perlu kampanye. Kalau tidak, nggak akan dapat dukungan publik. Malah ada capres yang bikin buku dulu sebelum mencalonkan diri. Mereka membangun imej yang hebat-hebat tentang dirinya. Padahal, begitu jadi presiden, sami mawon.

    MARJUKI
    Sudah jangan ngelantur.

    BAGUS
    Saya bukan ngelantur, saya bicara fakta. Eh, tahu tidak bedanya capres dengan aktor ?

    MARJUKI
    Tahu. Mereka harus sama-sama jago akting.

    BAGUS
    Pinter. Sekarang bedanya aktor dengan Presiden ?

    MARJUKI
    Aktor menjalankan amanat lakon. Presiden menjalankan amanat rakyat.

    BAGUS
    Betul. Terus ? Kenyataannya, presiden menjalankan amanat rakyat tidak ?

    MARJUKI
    Itu pertanyaan saya juga. Sudah ah, kamu ngelantur lagi.

    BAGUS
    Ini juga bagian dari amanat. Kita semua masing-masing punya tugas, misi atau amanat. Marjuki, dalam lakon ini punya tugas sebagai tokoh antagonis atau si jahat. Dalam kehidupan nyata, orang tua seperti Marjuki, tidak boleh begitu. Orang tua harus ngemong anak. Harus mengerti kemauan anak. Bukan main larang. Apalagi dalam urusan cinta.

    BAGUS ( MENYANYI )

    CINTA ADALAH ANUGERAH ALAM
    ANUGERAH SANG PENCIPTA
    JANGAN COBA DIKEKANG
    APALAGI DILARANG

    BIARKAN CINTA TUMBUH
    MENGIKUTI ATURAN ALAM
    BIARKAN ANAK MERDEKA
    MEMILIH JALAN

    ( PARA PEMAIN SUDAH SELESAI MENATA PANGGUNG KEMUDIAN IKUT MENYANYI )

    TAPI PARA ORANG TUA
    SELALU PUNYA SENJATA
    DAN KAMI TERKAPAR TAK BERDAYA
    “ JANGAN INI JANGAN ITU ”, KATA MEREKA SELALU

    ( SEMUA PEMAIN UNDUR DIRI, KECUALI MARNI DAN AYAHNYA )


    LAMPU BERUBAH



    ADEGAN SATU

    BERANDA DEPAN RUMAH MARJUKI. SIANG.
    SETELAH MENGGAMBARI SELURUH TEMBOK RUMAH, MARNI MENGGAMBARI LANTAI. ITULAH UNGKAPAN PROTES MARNI KEPADA SANG AYAH, SEBAB SELALU DILARANG PACARAN.

    SEBELUMNYA, MARNI PROTES DENGAN CARA MOGOK BICARA SEMINGGU. SEBELUMNYA LAGI, IA MOGOK MAKAN DAN TIDAK KELUAR KAMAR 3 HARI TIGA MALAM. MARJUKI BARU DATANG DARI KELURAHAN, KAGET MELIHAT AKSI MARNI.

    MARJUKI
    Ya, ampun. Protes model apa lagi ini Marni ? Masa, seluruh rumah digambari begini ? Aduh … aduuhh … gambar apa pula ini ? ( MEMANDANG LEBIH SEKSAMA ) Ya ampun, Marni .. Marni … saya pikir protes kamu sudah cukup. Tujuh hari mogok bicara, 3 hari 3 malam mogok makan dan tidak keluar kamar, eh masih ada lagi. Seluruh rumah digambari begini. Lukisan abstrak lagi. Soal protes dengan cara yang lain-lain itu, okelah. Ayah bisa terima. Tapi lukisan abstrak ini, saya keberatan. Melukis itu ada aturannya. Pertama orang harus melukis realisme, surealisme, kemudian yang lain-lainnya, baru abstrak.

    MARNI
    Itu kuno.

    MARJUKI
    Apa salahnya kuno kalau baik ?

    MARNI
    Apa salahnya modern kalau juga baik ?

    MARJUKI
    Sudahlah Marni, jangan ajak ayah berdebat. Capek.

    MARNI
    Marni juga capek, makanya kemaren seminggu diam.

    MARJUKI
    Marni, sekali lagi ayah tegaskan. Ayah tidak melarang kamu pacaran. Ayah hanya tidak setuju dengan caramu. Kamu pacaran tidak kenal waktu. Pagi, siang, sore, malam. Itu satu. Kedua, ayah ingin kamu benar-benar memilih pemuda yang cocok.

    MARNI
    Itu sama saja dengan melarang.

    MARJUKI
    Lain, Marni. Beda.

    MARNI
    Sama !

    MARJUKI
    Mmm … berdebat lagi.

    MARNI
    Dulu, ayah melarang Marni dekat sama Ongky. “ Jangan yang beda agama ” kata ayah. Lalu Marni dekat sama Taufik, ayah juga melarang. “ Jangan dengan anak pejabat. Miskin tidak pantas, kaya disangka KKN ” begitu.

    Sekarang, Marni dekat sama Anto, jelas dia anak baik, se-iman, bukan anak pejabat. Apa lagi ? Apa ayah tidak ada kata lain selain “ jangan ” ?

    MARJUKI
    Siapa rela punya anak pacaran sama pengangguran ?

    MARNI
    Siapa bilang dia pengangguran ? Dia sekolah ayah.

    MARJUKI
    Kalau sekolah ngapain tiap pagi mondar-mandir naik motor ?

    MARNI
    Pagi dia ngojek.

    MARJUKI
    Kapan sekolahnya ?

    MARNI
    Anto Masuk siang.

    MARJUKI
    Kalau sekolah siang kenapa malam-malam sering datang ke sini ? Habis sekolah mustinya pulang ke rumah, bukan main ke sini.

    MARNI
    Malam dia narik angkot ayah. Kalau lagi sepi, atau angkotnya dibawa orang lain baru main. Kan tidak tiap malam Anto ke sini ?

    MARJUKI
    O, supir tembak ? Ampun Marni, apa yang bisa diharap dari tukang ojek dan sopir tembak ?

    MARNI
    Jangan kuatir. Dia punya cita-cita tinggi, punya platform !

    MARJUKI
    Syarat yang diperlukan sebagai calon suami adalah hidup mapan, punya pekerjaan tetap, penghasilan cukup, dan sayang sama kamu.

    MARNI
    Itu pendapat kuno.

    MARJUKI
    Biar kuno kalau baik apa salahnya ?

    MARNI
    Biar modern kalau baik juga apa salahnya ?

    MARJUKI
    Jangan mengajak berdebat Marni. Capek !

    MARNI
    Saya juga capek dan tidak ada waktu. Masih banyak yang harus Marni kerjakan. Seluruh rumah harus saya lukis. Tapi catnya kurang. Permisi dulu. Saya mau beli cat. ( PERGI )

    MARJUKI
    Duh, aduh … ( MENYANYI )

    AMPUN … AMPUN …
    SUNGGUH-SUNGGUH MINTA AMPUN
    PUNYA ANAK GADIS PUBER SEMATA WAYANG
    REPOTNYA BUKAN KEPALANG
    MAU DIKASIH KEBEBASAN
    TAKUT JADI SALAH JALAN
    TAPI KALAU DILARANG
    BIKIN GEGERAN SIANG MALAM
    AMPUN, AMPUN …!



    LAMPU BERUBAH



    ADEGAN DUA


    AULA SEBUAH SMU. SIANG.
    PARA SISWI / SISWA SEDANG ESKUL MENARI. MEREKA BERGERAK TANPA PENGHAYATAN. IBU WIWIK MEMBERI PENGARAHAN.

    IBU WIWIK
    Coba perhatikan semua. Irna, Audi, Lala, semua tenang dulu sebentar.
    ( SETELAH SEMUA TENANG )

    Perhatikan ya. Menari itu bukan asal bergerak. Tapi bergeraklah dengan perasaan, dengan emosi atau greget. Tanpa dibarengi perasaan, tarian kalian tidak akan menarik. Hambar, kosong. Seperti robot ! Dan penonton akan cepat bosan, lalu pulang. Menyedihkan. Tontonan yang ditinggalkan penonton sebelum waktunya adalah tontonan yang sangat menyedihkan.

    Sekarang coba lagi dari awal. Coba pakai musik. Ibu mau ke toilet. Irna, pimpin teman-teman, ya. ( PERGI )

    IRNA
    Baik, bu. Yuk, teman-teman. Langsung ya ?

    LALA
    Istirahat dulu dong.

    AUDI
    Heeh, BT nih.

    YANG LAIN
    Ya. Pegel juga ya ?

    AUDI
    Neyesel juga milih tari tradisi. Mana gerakannya lambaaattt … jawa banget deh !

    YANG LAIN
    Ember …

    IRNA
    Siapa yang dulu ngotot milih tari tradisi ?

    AUDI
    Eh, bukan gue lagi. Keputusan bersama kan ?

    LALA
    Ya. Tapi provokatornya kamu. Lala bilang modern dance aja. eh, kamu ngotot.

    AUDI
    Gara-gara ibuku juga sih. Tradisi, tradisi aja, supaya kamu kenal tradisi. Tahunya pegeeelll. Gerakannya lambaaatttt … pantes Marni nggak mau ikut.

    ( MARNI MENDADAK MUNCUL )

    MARNI
    Heh, latihan yang bener. Jangan mengeluh.

    SEMUA
    Eh, nongol dia.

    LALA
    Heh, katanya masih mogok sekolah. Kok nongol ?

    MARNI
    Aku cuma mampir, habis beli cat.

    AUDI
    Mau ngecat rumah ? Wah, mau hajatan rupanya ? Orang tua Anto mau melamar ?

    MARNI
    Gila ! Tapi betul teman-teman, aku punya hajatan. Kalian harus datang, ya ?

    IRNA
    Acara apa dong, yang jelas ?

    MARNI
    Datang saja, pokoknya seru. Ini acara kejutan, jadi sengaja tidak pakai penjelasan. Datang dan bawa makanan apa saja, kueh kek, rujak kek. Apa saja, soalnya aku nggak sempat masak. Kabarkan ke yang lain ya ? Dah .. ( PERGI )

    AUDI
    Acara apa sih ?

    SEMUA
    Mana tahu.
    ADEGAN TIGA

    DI SEBUAH TEMPAT. MALAM.
    ANTO SENDIRIAN, HATINYA GUNDAH.


    ANTO ( MENYANYI )

    … DUDUDUDU … DUDU .. DUDUDU .. DU …
    HUHU .. HUHU . HUHU … YEHE .. HEHE ……

    SIAPA BILANG CINTA INDAH UNTUK DIKENANG
    DUDUDU … DUDU .. DUDU .. DUDU …
    YEYEYEYEY … YEY .. YEY .. YEYE ….

    ( CEPI, DATANG DIAM-DIAM. NIMBRUNG NYANYI )

    UNTUK DIKENANG SIAPA BILANG CINTA INDAH
    CINTA INDAH SIAPA BILANG UNTUK DIKENANG
    DIKENANG UNTUK SIAPA CINTA INDAH BILANG

    CEPI ( MENYANYI )

    SIAPA SANGKA, CINTA MARNI BIKIN PATAH HATI
    SIAPA SANGKA, CINTA MARNI DILARANG PAK MARJUKI

    ANTO
    Setan kamu !

    CEPI
    Tenang kawan, tenang. Harap tenang. Semua aman terkendali, karena ada Cepi. Kamu ingat kan ? Bayu, Agus, Edo, Tyas, Audi, Lala, Irna, semua pernah punya masalah dalam urusan cinta. Tapi begitu Cepi datang, semua masalah selesai. Jadi harap sabar, tenang.

    ANTO
    Memang siapa yang ribut ?

    CEPI
    Sekarang aku sedang berpikir, bagaimana supaya ayah Marni bisa menerima kamu. Tapi sebelumnya dengar kataku. Ini penting dan perlu diketahui semua orang. Ini ilmu kuno, tapi manjur. Sayang orang sering melupakan.

    Begini, dalam hidup ini ada dua hal yang harus diingat sukses atau gagal. Menang atau kalah. Untung atau buntung. Senang atau sedih. Bahagia atau sengsara. Dalam urusan cinta, juga hanya ada dua kemungkinan diterima atau ditolak. Jadi tenanglah.

    ANTO
    Memang siapa yang ribut ?

    CEPI
    Kalau cinta diterima, kita memang bahagia. Tapi sebetulnya ada sejuta resiko menunggu. Kamu harus apel setiap malam Minggu, harus datang tepat waktu, harus berpikir baju dan parfum apa yang pantas dipakai, punya uang saku, dan hadiah apa yang pantas diberikan pada saat si dia merayakan ulang tahun.

    ANTO
    Memang siapa yang bikin aturan begitu ?

    CEPI
    Itu baru tahap-tahap awal. Tahap berikutnya, lebih repot. Kamu harus datang silaturahmi pada kakek-neneknya, pada para om dan tentenya waktu mereka hajatan, harus datang waktu sepupu-sepupu dia kawin, atau ultah dan semacamnya.

    ANTO
    Siapa yang bikin aturan begitu ?

    CEPI
    Pada tahap yang paling serius, waktu kamu sudah nikah dengan dia misalnya, kamu akan dibilang orang paling sombong dalam keluarga mereka, hanya gara-gara tidak datang waktu mereka bikin acara arisan keluarga. Bayangkan, arisan keluarga, acara paling membosankan di dunia pun kamu harus datang. Itulah resiko kalau cinta kita diterima seorang gadis. Jadi ditolak, sebetulnya lebih bagus.

    ( ANTO TERTAWA )

    CEPI
    Kenapa tertawa ?

    ANTO
    Kamu penyitir yang hebat.

    CEPI
    Maksudnya ?

    ANTO
    Kamu menyitir buku “ Enaknya Hidup Membujang ” kan ?

    CEPI
    Kok tahu ?

    ANTO
    Yang nulis buku itu pamanku. Aku sudah baca sebelum buku itu dicetak. Aku pikir cuma aku yang hafal luar kepala, ternyata kamu lebih hafal lagi. Kapan kamu baca buku itu, tadi siang ya ?

    CEPI
    Bukan. Tadi sebelum ke sini.

    ANTO
    Pantes, hafal sampai titik komanya.
    Tapi maaf Cepi, aku tidak sepakat dengan buku itu. Ogah aku jomblo seumur hidup. Aku betul-betul sayang sama Marni, dan ingin suatu saat hidup bersamanya. Bisa tidak bisa, harus bisa. Apa pun rintangan yang menghadang, akan kuterjang. ( PERGI )

    CEPI
    Anto, tunggu. Anto ! Busyet, Romeo sekali.
    ( MENYUSUL ANTO )


    LAMPU BERUBAH



    ADEGAN EMPAT


    RUMAH MARJUKI. SIANG
    IRNA, AUDI, LALA DAN BEBERAPA TEMAN MARNI DATANG.
    MEREKA SEMUA LANGSUNG MENGAGUMI LUKISAN MARNI.
    MARJUKI MENEMUI MEREKA, MARNI TIDAK DI RUMAH.


    MARJUKI
    Silahkan, silahkan masuk semua.

    SEMUA
    Terimakasih …

    AUDI
    Marni pergi jam berapa, om ?

    MARJUKI
    Sekitar jam 8 mungkin. Buru-buru rupanya, malah tidak pamit. Kapan Marni menyampaikan undangan dan bilang ada hajatan ?

    AUDI
    Kemarin. Marni mampir ke sekolah.

    IRNA
    Marni bilang, acara kejutan. Jadi tidak pakai penjelasan acaranya apa.

    LALA
    Ya. Keliatannya kemaren dia buru-buru sekali. Habis beli cat dan banyak pekerjaan di rumah. Dia juga pesan supaya kami bawa makanan. Marni tidak akan sempat masak katanya. Ini om, kami bawa jajan pasar.

    MARJUKI
    O, begitu ya ? Ya .. ya.. Terimakasih .. terimakasih. Mungkin yang Marni maksud acara kejutan ya ini, lukisan-lukisan yang memenuhi rumah ini. Sebab setahu saya tidak ada kejutan lain. Kami pun tidak punya hajatan apa-apa. Jadi silahkan menikmati lukisan-lukisan ini.

    ( SEMUA LANGSUNG MENGAGUMI LUKISAN MARNI )

    AUDI
    Ini semua Marni yang melukis om ?

    MARJUKI
    Ya, Marni semua.

    IRNA
    Luar biasa. Sangat berbakat.

    LALA
    Fantastis !

    IRNA
    Di mana Marni belajar melukis om ? Setahu saya, di sekolah Marni tidak pernah belajar.

    MARJUKI
    Saya juga kurang tahu. Sejak kanak-kanak Marni lebih tertarik menari atau menyanyi.

    AUDI
    Apa ini yang dikerjakan Marni selama seminggu lebih tidak masuk sekolah ?

    MARJUKI
    Marni mengerjakan ini hanya sehari semalam.

    SEMUA
    Oh … luar biasa.

    IRNA
    Sangat luar biasa ! ( BEBERAPA SAAT DIAM )
    Om, ada apa sebetulnya dengan Marni ?

    LALA
    Apa dia sedang jatuh cinta dan ...

    AUDI
    .. .dan om melarangnya ?

    MARJUKI
    Saya tidak pernah melarang. Saya hanya meminta Marni memilih pemuda yang tepat dan jangan pacaran sembarang waktu. Jangan sampai pacaran mengganggu jam belajar. Itu kan tuntutan umum setiap orang tua ?

    IRNA
    Mungkin cara om meminta pada Marni terlalu keras, dan …

    LALA
    .. dan Marni terluka hatinya.

    IRNA
    Ya, terluka hatinya. Lihat om, lihat semua lukisan itu. Saya bisa menangkap, luka hati yang sangat, sangat …

    AUDI
    … sangat dalam ….

    IRNA
    Maaf om, sebagai orang tua om tentu lebih tahu bagaimana menyayangi anak.
    Tapi sebagai anak, kami-kamilah yang lebih tahu apa yang kami butuhkan dari orang tua. ( PADA AUDI ) Bukan begitu ?

    MARJUKI
    Mungkin begitu …

    AUDI
    Lihat om, lihat lukisan yang sebelah sini.

    MARJUKI
    Ya, saya lihat.

    AUDI
    Om lihat warna putih yang menggumpal seperti awan ?

    MARJUKI
    Ya.

    AUDI
    Apa yang om rasakan waktu melihat gumpalan warna putih itu ?

    MARJUKI ( BINGUNG )
    Ee … e ..

    AUDI
    Saya merasakan hati pelukisnya yang tengah kosong, hilang harapan, hampa.

    LALA
    Mungkin, waktu Marni melukis itu, darahnya tengah berhenti mengalir, karena kepedihan yang sangat.

    IRNA
    Bisa jadi hati Marni serasa terbang ke awan, sebab bumi tempatnya berpijak tidak memberi harapan apa-apa.

    AUDI
    Om lihat, warna hitam di lantai sebelah sini ?

    MARJUKI
    Yang mirip gua karang bolong ?

    AUDI
    Ya. Apa yang timbul dalam imajinasi om memandang lukisan ini ?

    MARJUKI ( BINGUNG )
    Ya .. ada semacam ..

    IRNA
    Saya merasakan masa depan yang suram, gelap ..

    LALA
    Seperti masuk sumur tanpa dasar.

    AUDI
    Persis !

    IRNA
    Mungkin sebaiknya om bicara dengan Marni, tanyakan apa yang terjadi. Semua lukisan ini adalah isyarat yang sangat jelas, hati Marni sedang kacau. Mungkin ada keinginan terpendam yang tidak kesampaian. Kalau saya jadi om, saya akan kabulkan apa pun keinginan Marni.

    LALA
    Ya, om harus bicara dan mengabulkan keinginannya.

    IRNA & AUDI
    Harus.

    MARJUKI ( RAGU-RAGU )
    Ya, ya, soal bicara dengan Marni saya rasa itu usulan yang baik. Dan saya sudah sering mencoba. Tapi kalau soal mengabulkan keinginan Marni, harus saya timbang-timbang dulu. Dan, maaf ya, anu, saya ada rapat RT di kelurahan. Saya sudah terlambat. Saya kan ketua RT paling senior di kampung ini, jadi malu kalau terlambat. Apa kalian mau menunggu Marni pulang, atau bagaimana ?

    AUDI ( BINGUNG )
    Mungkin …

    IRNA ( BINGUNG JUGA )
    Mungkin sebaiknya kami pulang.

    LALA
    Ya. Nanti kami datang lagi kapan-kapan.

    YANG LAIN
    Salam buat Marni ya om.

    IRNA
    Sampaikan pada Marni, kami gembira sekaligus sedih atas acara kejutan ini.

    MARJUKI
    Ya, ya … saya sampikan nanti.

    ( TEMAN-TEMAN MARNI PERGI )

    MARJUKI
    Kurang ajar. Berani-beraninya kasih nasehat sama saya. Apa hak mereka menyuruh saya menuruti apa saja kemauan anak saya ? Sok pintar. Aku susah payah membiayai anakku, aku punya hak atas masa depan anakku. Ini pasti akal-akalannya si Marni sama si Anto.

    MARNI ( MUNCUL DARI DALAM )
    Jangan menuduh sembarangan, ayah. Aku tidak tahu apa-apa. Apa lagi Anto. Semua yang mereka lakukan tadi, adalah isnisiatif mereka sendiri. Aku sudah mencegah tapi mereka ngotot. Itu sebabnya aku pergi.

    MARJUKI
    Mereka datang atas undanganmu kan ?

    MARNI
    Aku memang mengundang mereka, tapi sekedar untuk ngobrol dan pamitan. Aku mau jadi TKI ke luar negeri. Itu protesku selanjutnya pada ayah. Dan aku akan terus protes sampai ayah mengijinkan aku pacaran sama Anto.

    MARJUKI
    O, begitu ? Jadi kamu pikir dengan protes keras ayah akan mengijinkan ?

    MARNI
    Tentu ada syarat lain. Aku harus mandiri. Dengan bekerja aku punya uang. Dengan uang aku bisa menentukan masa depanku sendiri. Selamanya anak akan kalah suara, kalau anak masih tergantung sama uang orang tua.

    MARJUKI
    Stop Marni ! Itu pikiran yang dangkal.

    MARNI
    Kita tidak perlu berdebat ayah. Aku pergi dulu, banyak urusan. ( PERGI )

    MARJUKI
    Marni … ( MENGEJAR MARNI )



    LAMPU PADAM



    ADEGAN LIMA


    SEBUAH TEMPAT. MALAM.
    ANTO SEDANG DIBUJUK CEPI UNTUK SEGERA MENEMUI MARNI

    CEPI
    Aku serius Anto. Kamu harus ke rumah Marni. Kamu akan menyesal kalau Marni keburu pergi.

    ANTO
    Kalau memang mau pergi masa dia tidak kasih tahu aku ?

    CEPI
    Mungkin belum sempat kasih tahu.

    ANTO
    Dari mana kamu dapat berita itu ?

    CEPI
    Irna, Audi, Lala, semua sudah tahu.

    ANTO
    Kalau dia sempat kasih tahu semua orang masa saya tidak dikasih tahu ?

    CEPI
    Mungkin belum sempat, makanya datang supaya tahu. Cari berita, jangan pasif.

    ANTO
    Barangkali memang sengaja tidak mau kasih tahu. Sudah tidak peduli sama aku.

    CEPI
    Aku tahu sifat Marni. Tidak mungkin dia begitu.

    ANTO
    Nyatanya dia begitu.

    CEPI
    Tidak mungkin Anto. Aku yakin ini soal waktu. Mungkin dia menunggu waktu yang tepat untuk bicara sama kamu. Kalian kan lama tidak saling ketemu. Biasanya kamu datang ke rumah Marni, sekarang tidak. Biasanya kalian jalan bareng, sekarang tidak. Marni juga lama tidak masuk sekolah.

    ANTO
    Memang tidak bisa telpon ?

    CEPI
    Telpon ke mana ? Kamu HP tidak ada, di rumah jarang.

    ANTO
    Jelas, dia sudah berubah. Tidak sayang aku lagi.

    CEPI
    Dari pada mengambil kesimpulan buru-buru dan salah, lebih baik kamu buru-buru ke rumah Marni dan semuanya jadi jelas. Tidak ada yang salah terima, tidak ada yang sakit hati. Ayo, kita ke sana. Aku siap menemani.

    ANTO
    Kalau ayahnya mengusir kita bagimana ? Aku trauma pernah diusir.

    CEPI
    Diusir kita pergi. Dimarahi kita diam. Disuguhi kita makan.

    ANTO
    Kamu bisa bilang begitu, coba kamu jadi aku.

    CEPI
    Kalau aku jadi kamu, tidak akan pernah diusir. Malah ayah Marni yang akan kubikin mencari-cari aku.

    ANTO
    Bagaimana caranya ?

    CEPI
    Anak gadisnya kita buntingin !

    ANTO
    Ngaco !

    CEPI
    Ayo berangkat. Ambil motormu dong.

    ANTO
    Jalan kaki saja. Knalpotnya tambah bocor, berisik sekali. Ayah Marni paling benci mendengar bunyi motorku.

    CEPI
    Ya sudah. Ayo !

    ANTO
    Kamu jalan di depan, aku di belakang.

    CEPI
    Aduh. Begitu amat. Seberapa trauma sih ?
    ( CEPI JALAN, ANTO MENGIKUTI DI BELAKANGNYA )

    ANTO ( BERHENTI )
    Tunggu Cepi. Bagaimana kalau Marni tidak mau menemui kita ?

    CEPI
    Gampang, ingat saja nasehat buku “ Enaknya Hidup Membujang ”. Oke ?

    ANTO
    Tidak. Lebih baik aku pulang. ( PERGI )

    CEPI
    Ampun … Anto, Anto ! Kenapa kamu jadi pengecut begitu sih ? Anto ! Ampuuunn.
    ( ANTO TERUS JALAN, CEPI MENGIKUTI )


    LAMPU BERUBAH


    ADEGAN ENAM

    TAMAN DEKAT SEKOLAH. SORE.

    MARNI DIBUJUK TEMAN-TEMANNYA SUPAYA JANGAN PERGI.

    INTRO MUSIK

    AUDI
    Jangan Marni, jangan pergi. Pergi tidak akan menyelesaikan masalah.

    IRNA
    Justru kamu akan bikin masalah baru.

    LALA
    Jadi TKI itu tidak gampang Marni. Kamu akan banyak kesulitan.

    IRNA
    Sebaiknya kamu segera masuk sekolah. Sebentar lagi kita ujian, tahun depan kita harus kuliah. Lupakan keinginan konyol itu.

    SEMUA
    Lupakan … Marni !

    MARNI ( MENYANYI )

    AKU HARUS PERGI
    RUMAH TAK LAGI MEMBERIKU KEDAMAIAN
    SEBAB AKU DAN AYAH TAK PERNAH SEPAHAM
    CINTA PEMUDA YANG KUDAMBAKAN
    SELALU LEPAS DARI GENGGAMAN

    AUDI
    Bersabarlah, Marni. Kita masih banyak kesempatan. Waktu berjalan, sikap ayahmu pasti berubah.

    IRNA
    Orang seusia kita selalu diangap masih kanak-kanak. Dianggap belum waktunya pacaran.

    LALA
    Memang menjengkelkan, tapi di mana-mana selalu begitu.

    MARNI ( MENYANYI )

    AKU TAK MAU BEGITU
    MASA DEPANKU ADALAH MILIKKU
    URUSAN CINTA HARUS KITA YANG MENENTUKAN

    IRNA
    Tapi ayahmu bilang tidak melarangmu pacaran. Dia hanya minta kamu memilih pemuda yang tepat, dan jangan sampai pacaran mengganggu belajar.

    MARNI ( MENYANYI )

    ITU SAMA DENGAN MELARANG

    Ayahku bahkan pernah mengusir Anto. Gara-garanya sangat sepele. Suara berisik knalpot motor Anto yang bocor. Padahal ada banyak suara knalpot motor yang lebih berisik lewat di depan rumah. Itu tidak adil.

    AUDI
    Tapi semua pacar-pacar kita pernah ada masalah dengan orang tua kita. Semua pernah diperlakukan tidak adil. Hubungan kalian pasti akan membaik.

    MARNI
    Ketidakadilan harus diperjuangkan, kawan. Sebab ia tidak datang dari langit. Hubungan bisa saja membaik, tapi pasti ada prinsip dan hak-hak yang dilanggar. Ada yang menindas dan tertindas. Dan itu tidak baik.

    LALA
    Tapi kami tetap tidak rela kamu pergi Marni. Apa lagi pergi ke luar negeri untuk jadi TKI.

    IRNA
    Ya. Omonganmu yang pintar tadi membuktikan kamu tidak pantas jadi TKI. Kamu harus lulus SMU dan kuliah.

    MARNI
    Soal ke luar negeri dan jadi TKI, bisa jadi aku memang asal bicara. Yang jelas aku harus pergi dari rumah. Mungkin itu protes yang mempan buat ayahku.

    AUDI
    Itu lebih baik Marni. Kamu bisa tinggal di rumahku. Soal biaya sekolah, jangan kuatir. Ayahku pasti mau bantu.

    LALA
    Ayahku juga pasti mau bantu. Tapi kamu harus tinggal bergiliran di rumah kami bertiga dong, supaya adil.

    IRNA
    Ya. Aku setuju.

    AUDI
    Kalau kamu tidak ke luar negeri, pacaran sama Anto tetap berjalan lancar. Hidup backstreet !

    MARNI
    Tunggu. Kalian jangan salah ngerti. Aku pergi dari rumah bukan semata-mata protes.
    Tapi juga bermaksud mandiri. Supaya aku tidak tergantung siapa-siapa. Supaya aku merdeka menentukan masa depan. Tinggal di rumah kalian jelas bukan pilihan yang tepat. Aku tetap jadi tanggungan orang.

    AUDI
    Itu tidak masalah Marni. Kami ikhlas membantumu. Itulah gunanya sahabat.

    LALA
    Yang penting kamu tetap bisa sekolah.

    MARNI
    Prioritas utamaku sekarang cari kerja supaya bisa membiayai hidupku sendiri.
    Sekolah aku pikirkan belakangan. Soal pacaran dengan Anto, aku sendiri tidak yakin tetap bisa jalan. Sejak diusir ayahku, dia tidak pernah muncul lagi. Dia ternyata pengecut. Tapi terimakasih atas iktikad baik kalian. Selamat sore, aku pergi dulu. Ada perlu. ( PERGI )

    IRNA
    Marni, tunggu. Marni !

    LALA & AUDI
    Marniii …

    AUDI
    Bagaimana sih dia ?

    IRNA
    Kok kepala batu banget ?

    LALA
    Memang kepala batu dari sononya.

    ( CEPI MUNCUL BERGEGAS )

    CEPI
    He, lihat Marni ?

    AUDI
    Baru pergi.

    CEPI
    Anto ?

    AUDI
    Nggak. Sudah lama nggak lihat Anto. Bukannya dia jarang masuk sekarang ?

    CEPI
    Memang.

    IRNA
    Ada apa ?

    CEPI
    Mungkin cuma Anto yang bisa membujuk Marni tidak kabur ke luar negeri.
    Kemaren aku bicara sama Anto supaya dia datang menemui Marni, tapi gagal. Malah Anto ngambek. Merasa tidak dipamiti. Memang Marni belum pamit sama Anto, ya ?.

    IRNA
    Kelihatannya begitu. Marni juga ngambek karena Anto tidak pernah datang lagi sejak dimarahi ayahnya.

    CEPI
    Begitu ? Wah, tambah ruwet dong. Terus bagimana ini ?

    IRNA
    Bagaimana, bagaimana ? Kita juga tidak tahu bagaimana.
    ( MENDADAK TERFIKIR ) Cepi, bagaimana kalau kita bagi tugas ?
    Begini, coba temui Marni …

    CEPI
    Saya tadi ke rumah dia, tapi tidak ada …

    LALA
    Tadi dia di sini …

    IRNA
    Temui Marni, bujuk supaya ketemuan sama Anto. Saya, kami bertiga ini, membujuk Anto supaya ketemuan sama Marni. Bagaimana ?

    CEPI
    Tapi Anto sudah dibilangin juga bandel.

    IRNA
    Kamu jangan ikutan bandel. Kita berbagi tugas, setuju ? Oke ?

    CEPI
    Oke.
    LAMPU BERUBAH.


    ADEGAN TUJUH

    TAMAN YANG SAMA, BEBERAPA HARI KEMUDIAN. SORE.
    MARNI BERTEMU ANTO. MARNI SUDAH LAMA MENUNGGU, DUDUK DIAM-DIAM. ANTO DATANG KEMUDIAN, JUGA DIAM-DIAM.


    MARNI
    Aku kira tidak datang …

    ANTO
    Aku kira kamu juga tidak datang …

    ( BEBERAPA SAAT ANTO SALAH TINGKAH. MAU DUDUK DI SEBELAH MARNI TAPI RAGU. AKHIRNYA IA DUDUK JUGA, TAPI AGAK JAUH. SUASANANYA SUNGGUH KAKU )

    ANTO
    Kamu mau pergi untuk menghindari aku kan ?

    MARNI
    Kamu tidak pernah datang ke rumah lagi, kenapa ?

    ANTO
    Supaya ayahmu tenang, karena tidak ada suara knalpot motor yang berisik.

    MARNI
    Bijaksana sekali …

    ANTO
    Aku harus tahu diri. Aku kan cuma tukang ojek dan sopir tembak. Jangan kata pacaran sama kamu, datang ke rumahmu pun aku tidak pantas.

    MARNI
    Oo … jadi begitu cara berpikirmu ? Kalau begitu kamu lebih cocok jadi anak ayahku, dan memang tidak pantas jadi pacarku. Maaf … selamat tinggal ! ( PERGI )

    ANTO ( KAGET )
    Marni .. Marni …

    ( MARNI BALIK LAGI )

    MARNI
    Maaf, saya tidak ada urusan sama tukang ojek. ( MAU PERGI LAGI TAPI ANTO MENAHANNYA )

    ANTO
    Maaf Marni, aku tidak bermaksud membuat kamu marah.

    MARNI
    Kamu sudah membuat aku marah.

    ANTO
    Maaf. Aku tidak akan membuat kamu marah lagi. Maaf.

    MARNI
    Katakan dengan jujur, kenapa lama tidak datang ? ( LAMA TIDAK MENJAWAB ) Katakan ! Kamu takut sama ayahku ? Aku benci orang yang pengecut Anto. Aku yakin kamu juga benci orang semacam itu. Jadi salahkan dirimu sendiri, jangan menyalahkan aku. Aku mau pergi dari rumah, tujuanku jelas. Aku protes keras pada ayahku karena dia berlaku tidak adil pada kita. Jelas ?

    ANTO
    Kamu betul, aku pengecut..

    MARNI
    Bagus kalau kamu sadar. Tapi kenapa harus berlaku pengecut ? Kamu tidak salah apa-apa sama ayahku. Pacaran juga bukan kejahatan. Yang penting kita tahu batas.

    ANTO
    Ya. Tapi mungkin ayahmu betul. Kamu harus memilih pemuda yang tepat. Dan itu bukan aku.

    MARNI
    Stop ! Jangan mulai lagi Anto. Selain benci pengecut, aku juga benci orang rendah diri. Dulu kamu begitu percaya diri dengan semua yang kamu kerjakan. Kamu punya cita-cita dan berjuang keras untuk meraihnya. Itu kelebihan kamu. Itu juga yamg membuat aku … sayang … sama kamu. Jadi tolong jangan berubah.

    ANTO
    Kamu .. betul-betul sayang sama aku ?

    MARNI ( MALU )
    Ah, pakai nanya lagi.

    ANTO
    Tapi nilaiku jeblok. Aku banyak narik dan bolos sekolah. Aku kuatir tidak lulus.

    MARNI
    Belum terlambat untuk mengejar ketinggalan.

    ANTO
    Biaya kuliah makin mahal, apa aku sanggup ?

    MARNI
    Pasti sanggup. Kamu pekerja keras. Kalau perlu kamu bisa kerja yang lain, yang penghasilannya lebih banyak.

    ANTO
    Tapi ngojek pekerjaan bersejarah, Marni. Itu kan yang mempertemukan kita ?

    MARNI
    Ya. Suara knalpot motormu yang berisik membuat aku selalu menengok setiap kamu lewat di depan rumah.

    ANTO
    Ya. Dan kamu bilang pada teman-temanmu, aku tukang ojek paling keren.

    MARNI
    Yang jelas kamu berbeda. Tukang ojek lain kalau nunggu penumpang main gaple, kamu bikin PR. Tukang ojek lain selalu siap dengan uang kembalian, kamu tidak. Tukang ojek lain siap menerima uang tip, kamu malu-malu.

    ANTO
    Sekarang aku tidak malu, supaya cicilan motor cepat lunas.

    MARNI
    Eh, berapa utangku ?

    ANTO
    Utang apa ?

    MARNI
    Langganan ngojek sama kamu.

    ANTO
    Simpan saja uangmu. Aku lagi tidak butuh.

    MARNI
    Yang kamu butuh apa dong ?

    ANTO
    Pakai tanya lagi. Kita kan lama nggak ketemu ?
    Marni. ( MEMEGANG TANGAN MARNI )

    MARNI ( MALU )
    Apa sih ?

    ANTO
    Soal pergi ke luar negeri, kamu tidak sungguh-sungguh kan ?

    MARNI
    Tidak tahu. Yang jelas, aku harus pergi dari rumah. Aku tidak tahan, ayahku betul-betul kelewatan. Tidak adil. ( MENANGIS ) Aku harus protes. Harus ! Sampai ..

    ANTO
    Setuju, boleh saja protes. Tapi kan bisa dengan cara lain. Pergi dari rumah, bukan cara yang tepat. Nanti semuanya jadi kacau.
    ( MARNI TERUS MENANGIS. ANTO MENENANGKAN )
    Tunggu, tenang dulu. Tenang Marni. Dengar. ( MARNI DIAM )
    Bagaimanapun, rumah adalah tempat terbaik untuk memulai segala rencana, segala cita-cita. Dan orang tua, segalak apa pun, tetap sayang sama anak.

    MARNI
    Sok tahu, ah !

    ANTO
    Aku tidak sok tahu, Marni. Tapi memang tahu.
    Kamu juga tahu ayahmu sayang sama kamu. Kamu hanya sedang emosi.

    MARNI
    Terus aku harus bagaimana ? Apa usulmu ?

    ANTO
    Kamu janji tidak akan pergi ?

    MARNI
    Ya. Asal kamu tetap ke rumah seperti biasa.

    ANTO
    Janji kembali masuk sekolah ?

    MARNI
    Ya. Janji.

    ANTO
    Oke. Aku punya usul untuk kamu. Ayo, kita bicara di tempat lain.

    ( MEREKA PERGI )


    LAMPU BERUBAH



    ADEGAN DELAPAN

    RUMAH MARJUKI. MALAM.
    CEPI DATANG KE RUMAH MARJUKI UNTUK MENYAMPAIKAN PESAN MARNI.

    MARJUKI
    Ya ampun, jadi Marni betul-betul mau pergi ke luar negeri ? Aku pikir cuma gertak.

    CEPI
    Rupanya begitu, om. Saya juga tidak menyangka Marni sungguh-sungguh.

    MARJUKI
    Terus di mana Marni sekarang ? Kapan berangkatnya ?

    CEPI
    Saya juga tidak tahu. Dia cuma bilang sekarang ada di tempat penampungan. Saya tanya bolak-balik di mana alamatnya, dia tetap tidak mau menjawab.

    MARJUKI
    Tapi apa secepat itu prosesnya ? Diterima jadi TKI bukannya prosesnya panjang ?

    CEPI
    Itu juga pernah saya tanya. Dia bilang, “ semua bisa diatur ” asal ada uang.

    MARJUKI
    Dari mana Marni dapat uang ?

    CEPI
    Ya dari uang gaji Marni yang dipotong tiap bulan nanti. “ Semua dibiayai sama agen ”, begitu Marni bilang.

    MARJUKI
    Apa nama agennya ? Di mana alamatnya ?

    CEPI
    Marni tidak sebut-sebut om. Dia hanya minta tolong saya supaya mengambil beberapa baju yang ketinggalan.

    MARJUKI
    Ya ampun, Marni .. Marni. Apa sebegitu besar marahmu sama ayah, sampai-sampai harus pergi keluar negeri jadi TKI ? Tidak pamit lagi. Coba nak Cepi pikir, apa pantas ?

    CEPI
    Kalau ditanya pantas atau tidak, jelas tidak pantas. Tapi kelihatannya, Marni memang sangat marah sama om. Tapi terus-terang, sebagai teman, saya tidak setuju Marni pergi. Marni sebentar lagi ujian dan tahun depan harus kuliah. Setelah lulus kuliah, terserah mau ke mana dan jadi apa. Jadi TKI ke luar negeri pun tidak masalah. Itu bukan hal yang jelek. Menyelesaikan kuliah, lebih aman buat masa depan Marni.

    MARJUKI
    Ah, itu baru pikiran sehat. Terus, teruskan nak …

    CEPI
    Maaf om, saya tidak bisa lama. Marni memerlukan baju yang saya ambil.

    MARJUKI
    Kapan Marni mau ambil baju-baju itu ? Di mana kalian janjian ketemu ?

    CEPI
    Maaf om, saya tidak boleh bilang. Itu pesan Marni.

    MARJUKI
    Tolonglah nak Cepi, sebutkan. Saya harus ketemu Marni sebelum dia pergi. Tolong, saya mohon sekali. Please …

    CEPI
    Sekali lagi, maaf om. Saya tidak bisa melanggar janji.

    MARJUKI
    Please …

    CEPI
    Maaf ommm …. Saya tidak bisa. ( MENATAP MARJUKI BEBERAPA SAAT )
    Tapi, kalau om bersedia kerjasama dengan saya, kita sebetulnya bisa membatalkan Marni pergi. Seperti saya bilang tadi, saya tidak setuju Marni pergi.

    MARJUKI
    Membatalkan Marni pergi ? Bagaimana caranya ? Jelas saya setuju.

    CEPI
    Tapi jangan sampai dia tahu. Ini rahasia antara kita. Om Setuju ?

    MARJUKI
    Setuju. Saya bisa pegang janji. Bagaimana caranya ?

    CEPI
    Tunggu dulu. Saya mau tanya, tolong jawab dengan jujur Apa sebetulnya yang membuat Marni marah sama om ?

    MARJUKI
    Saya melarang Marni pacaran sama Anto.

    CEPI
    Kenapa ?

    MARJUKI
    Saya tidak tahu persis. Saya merasa, si Anto sebetulnya anak baik. Jadi, saya tidak sungguh-sungguh melarang. Tapi Marni keburu protes keras.
    Merasa tidak didengar omongannya, saya jadi tambah jengkel.

    CEPI
    Saya lihat Marni begitu juga. Makin dilarang, makin menentang. Intinya sama ingin didengar suaranya.

    MARJUKI
    Begitu ?

    CEPI
    Begitu.

    MARJUKI
    Jadi bagaimana caranya supaya Marni tidak jadi pergi ?

    CEPI
    Turuti saja kemauannya. Toh om sudah yakin Anto anak baik.

    MARJUKI
    Nak Cepi bisa jamin 100% Marni batal pergi ?

    CEPI
    Saya harus ketemu Marni dulu.

    MARJUKI
    Kalau begitu temui Marni, segera. Katakan, saya akan ijinkan Marni pacaran sama Anto. Sesudah itu, ajak mereka berdua ke sini supaya mendengar langsung dari saya.

    CEPI
    Om Marjuki bisa pegang janji ?

    MARJUKI
    Bisa. Saya jamin !

    CEPI
    Baik. Kalau begitu saya jamin 100% Marni batal pergi. Permisi dulu om, saya harus cari Marni dan Anto sekarang juga. Saya akan kabarkan berita gembira ini.

    ( IRNA, AUDI, LALA DAN BEBERAPA TEMAN MARNI YANG LAIN MENDADAK MUNCUL )

    IRNA
    Tunggu Cepi ! Maaf om Marjuki, kami mendengar semua pembicaraan ini. Kami ikut gembira. Tapi itu tidak cukup. Harus ada jaminan tertulis bahwa om Marjuki akan menepati janji.

    CEPI
    Tidak Irna, aku percaya orang tua bijaksana ini.

    AUDI & LALA
    Perlu dong !

    ( ANTO MUNCUL )

    ANTO
    Tidak, tidak perlu. Cepi betul. Saya juga percaya om Marjuki akan menepati janji. Ini kan bukan urusan jual beli tanah atau semacamnya. Tapi urusan anak dan orang tua. Jangan repot-repot. Janji secara lisan sudah cukup.

    IRNA
    Tapi …

    MARJUKI
    Nak Anto betul, jangan repot-repot. Makin kita repot, makin lama Marni di penampungan TKI. Kasihan dia. Lebih baik kita cari Marni sekarang. Apa kalian ada yang tahu alamatnya ?

    ( MARNI MUNCUL DARI ARAH DALAM )

    MARNI
    Marni sudah di sini ayah. Tidak usah dicari.

    MARJUKI ( KAGET )
    Marni ? Ah, kemarilah kamu nak. Ayah sangat kuatir ada apa-apa dengan kamu.

    MARNI
    Jangan kuatir ayah, Anto menjaga aku. Kalau bukan karena dia, aku pasti jadi TKI sungguhan.

    MARJUKI
    Syukur .. syukur kalau begitu. Terima kasih nak Anto.

    ANTO
    Marni melebih-lebihkan om.

    MARNI
    Anto meyakinkan aku begitu rupa, segalak apa pun, ayah tetap sayang aku. Dan rumah adalah tempat terbaik menyusun rencana dan cita-cita.

    MARJUKI
    Bagus. Kamu menemukan pemuda yang tepat anakku.
    Dan kamu tidak tinggal di tempat penampungan bukan ?

    MARNI
    Tidak.

    IRNA, AUDI & LALA
    Di rumah kami om. Kami bertiga.

    MARJUKI
    Jadi siapa yang mengatur nak Cepi datang ke mari dan main sandiwara di depan saya ?

    ANTO
    Saya om. Sayalah komadan semua sandiwara malam ini. Sebagai komandan saya tidak akan lari. Saya siap diadili.

    MARJUKI
    Bagus. Itu komandan yang baik. Anda siap saya tuntut di depan penghulu menikahi anak saya ?

    ANTO
    Sekarang ?

    IRNA & YANG LAIN
    Huuuu …

    MARJUKI
    Nanti, setelah lulus kuliah dong.

    ANTO
    Marni, siap jadi anggota Dharma Wanita ?

    MARNI ( MALU )
    Idih, masa harus dibahas sekarang ? Sudah malem lagi. Kayaknya durasinya sudah lewat deh. Stage manager mana sih ? Stage manager !

    YANG LAIN
    Stage manager !

    CEPI
    Dia nggak tahu stage manager. Tahunya menejer panggung. Menejer panggung !

    MENEJER PANGGUNG
    Ya, ya …

    MARNI
    Durasinya sudah lewat belum ?

    MENEJER PANGGUNG
    Sudah lewat dari tadi.

    MARJUKI
    Bukannya ngingetin.

    MENEJER PANGGUNG
    Habis situ ngomong melulu …

    MARJUKI
    Ee, malah marah sama saya. Saya tokoh lho, tokoh ini !

    MENEJER PANGGUNG
    Biar tokoh kalau ngaco dimarahin.

    ANTO ( TERTAWA ) ( BICARA PADA PENONTON )
    Baiklah penonton sekalian, kelihatannya sudah waktunya bagi kita untuk berpisah. Lakon sudah tamat, “ pesan sponsor ” mudah-mudahan tidak salah alamat. Dan marilah kita sama-sama beristirahat.



    PENUTUP


    ( ANTO MENGGANDENG MARNI DAN MENYANYI BERSAMA )


    ANTO ( MENYANYI )

    CINTA ADALAH ANUGERAH ALAM
    ANUGERAH SANG PENCIPTA
    JANGAN COBA DIKEKANG
    APALAGI DILARANG


    MARNI ( MENYANYI )

    BIARKAN CINTA TUMBUH
    MENGIKUTI ATURAN ALAM
    BIARKAN ANAK MERDEKA
    MEMILIH JALAN


    SEMUA ( MENYANYI )

    TUGAS ORANG TUA
    HANYA PENGGEMBALA
    PENUNJUK JALAN YANG BIJAKSANA
    MEMAKSAKAN KEHENDAK
    BUKAN SIKAP BIJAK




    LAMPU PADAM PERLAHAN

    LAKON SELESAI
    Depok, Mei 2004





    Terimakasih banyak,
    jika sebelum mementaskan naskah ini memberitahukan pada penulis,melalui blog ini dengan klik contact.
    Selamat berkarya

    Di tulis Oleh :


    Translate to : by

    postingan ini berkategori NASKAH dengan judul Naskah Drama Remaja - Aku vs Ayahku . Jangan lupa menyertakan URL http://joyodrono-cahmabung.blogspot.com/2012/11/naskah-drama-remaja-aku-vs-ayahku.html . Jika ingin memposting ulang . Terima kasih!

    Belum ada komentar untuk " Naskah Drama Remaja - Aku vs Ayahku "

    On Facebook

    Pengikut

    On Twitter

    News Google