• Puisi
  • TV Online
  • Radio online
  • Live score Bola
  • Film
  • Games
  • Tukar Link
  •  joyodrono
    Diberdayakan oleh Blogger.

    Dihatimu Kutitip Cinta, Bagian 6

    ananda

    Sore itu Elsa baru saja selesai menyapu halaman ketika sebuah sedan warna hitam berhenti di depan rumahnya. Dengan hati penuh tanda tanya ia pun mengalihkan perhatiannya penuh pada orang yang baru turun dari mobil yang berhenti itu. Seketika jantungnya berdegup keras begitu melihat siapa yang datang. Feri !
    “Elsa, lagi sibuk ya?” sapa Feri yang segera tersenyum ke arahnya begitu ia melihat ternyata orang yang ditujunya ada di muka pintu.
    “Eh, Mas Feri, silahkan masuk, Mas,” dengan menenangkan hatinya, Elsa pun segera membukakan pintu.
    “Waduh, mengganggu nih,” ujar Feri kemudian sambil melangkah masuk.
    “Ah, tidak apa-apa.”

    Tanpa canggung Feri pun segera melangkah masuk dan duduk di kursi yang tersedia di ruang tamu.

    “Silahkan duduk dulu , Mas. Sebentar saya ambilkan minum.”
    “Tidak usah repot-repot, El,” sahut Feri cepat.
    “Tidak apa, Mas. Cuma air minum saja kok.”

    Tak lama kemudian Elsa pun sudah keluar kembali dengan segelas air putih di tangan.

    “Silahkan diminum. Waduh, nggak ada kue-kuenya nih, Mas,” ucap Elsa kemudian agar sumringah juga. Karena sejak kematian suaminya belum pernah ia didatangi lelaki lain. Dulu, waktu Mas Pri masih hidup, pernah memang ia kedatangan tamu lelaki. Tapi itu adalah teman-teman suaminya.

    “Tidak usah repot, El. Air saja sudah cukup,” Feri menenangkan, “Oya, mana anak-anakmu?”

    “Ada di dalam, Mas. Sebentar saya panggilkan,” kembali Elsa masuk ke dalam rumahnya dan tak lama kemudian sudah keluar lagi dengan menggandeng Koko dan Kiki.

    “Tuh, ada Oom Feri. Kasih salam dong.”
    Koko dan Kiki pun menurut, disalaminya dengan hormat Oom yang baru pertama kali dilihatnya itu.

    “Anak-anak yang manis,” puji Feri kemudian. “Oya, Oom punya makanan untuk kalian. Sebentar ya,”Feri pun segera mengambil sebuah bungkusan yang segera diberikannya pada mereka.

    Dengan tak sabar, Koko pun segera membuka bungkusan itu. Dan ia bersorak girang begitu melihat makanan apa yang ada di dalamnya. Tak lain dari coklat, agar-agar dan dua bungkus roti yang masih hangat.

    “Makasih ya, Oom,” tanpa disuruh lagi Koko pun segera mengucapkan rasa gembiranya yang dibalas dengan senyum bahagia Feri.

    “Makasih, Oom,” Kiki ikut-ikutan. Dengan gemas Feri pun segera mengucal kepala anak manis itu.

    “Jangan bikin repot, Mas,” ucap Elsa kemudian begitu anak-anak itu berlalu sambil tertawa riang dengan membawa makanan itu masuk kembali ke ruang dalam.

    “Aku Cuma ingin membagi sedikit kebahagiaan bersama mereka. Tiak apa-apa toh?” Feri tersenyum.

    “Yah, tidak apa-apa sih. Tapi sebaiknya jangan sering-sering. Aku khawatir mereka jadi kebiasaan.

    Seulas senyum masih mengembang di bibir Feri mendengar ucapan itu. Dalam hatinya berbisik lirih, untuk mendapatkan ibunya kan lebih dulu harus mengambil hati anak-anaknya. Nanti, kalau anak-anak itu sudah dekat dengannya, kan tinggal mencairkan hati ibunya.

    “Mas...,” panggil Elsa kemudian setelah mereka cukup lama juga bicara panjang lebar.
    “Kenapa?” Feri memandangnya pebuh perhatian.
    “Mas datang kemari, apa istri Mas tidak marah?”

    “Istri?” Feri tersenyum hambar. “Dulu sih memang aku mempunyai istri. Tapi kami telah bercerai dua tahun lalu.”

    Kini giliran Elsa yang terkesima mendengar pengakuan Feri. Seakan tak percaya dipandangnya lelaki di hadapannya dalam-dalam.

    “Kenapa memandangku seperti itu, El? Kmu tak percaya?” tanya Feri seperti mengetahui isi hatinya.
    “Kalau boleh saya tahu, kenapa Mas sampai cerai dengan istri Mas itu?” tanyanya dengan tenggorokan tercekat.

    “Ceritanya cukup panjang, El. Tapi kalau kau mau mengetahui intinya, dia meninggalkan aku dan lari dengan laki-laki lain,” Jelas Feri dengan suara bergetar.

    “Jadi ....Mas dikhianati istri Mas?” Elsa masih terlongong.
    “Begitulah,El,” lelaki itu menelan ludahnya yang terasa pahit.
    “Tapi...tapi Mas punya anka kan?”
    “Ya,” angguk Feri. “Sama sepertimu, aku juga mempunyai dua orang anak yang kini sudah menginjak remaja. Kini mereka meneruskan sekolahnya di luar negeri.”

    “Oh,” Elsa tertegun kagum mendengar penuturan lelaki di hadapannya. Dugaannya benar, Feri adalah lelaki yang cukup berada bila ditinjau dari segi materi. Buktinya, walau istrinya telah mengkhianatinya dan meninggalkannya dengan lelaki lain, ia tetap bisa menyekolahkan anak-anaknya di luar negeri . Dan itu tentu saja membutuhkan biaya yang tidak sedikit. Tidak seperti dirinya yang sampai saat ini masih pusing memikirkan dengan apa membiayai hidupn anak-anaknya nanti. Sementara Mas Pri tidak meninggalkan harta yang cukup berarti untuk kelanjutan hidup mereka.

    “Kalau melihat anak-anakmu, aku jadi teringat anak-anakmu, aku jadi teringat kebahagiaan keluargaku waktu dulu, ketika anak-anakku masih sekecil mereka,” Feri bergumam pelan. Matanya menerawang jauh. Teringat kembali kenangannya akan masa lalu yang bahagia dan harmonis, sebelum isrtinya meninggalkan dan lari ke pelukan lelaki lain.

    Di tempatnya Elsa pun ikut terpaku diam. Dibiarkannya Feri tercenung membayangkan masa-masa indahnya yang telah berlalu. Kebahagiaan manusia itu memang tiada yang abadi. Hatinya pun ikut terasa nyeri bila teringat kembali kenangan manisnya bersama suaminya, yang telah meninggalkannya untuk selama-lamanya. Elsa tak mengira kalau lelaki sebaik dan begitu bertanggung jawab macam Pri akan begitu cepat meninggal dunia. Tapi mungkin itulah rahasia Tuhan yang tak akan pernah bisa di tebak manusia.

    “Sudah sore, El,” Feri melirik arlojinya dan beranjak bangkit. “Aku mau pulang dulu. Sudah capek, belum mandi lagi.”
    “Kapan-kapan kalau ada waktu luang, boleh kan main kesini lagi?” tanyanya sebelum menuju pintu keluar.

    Entah dorongan apa, Elsa pun hanya bisa menangguk. Lalu diantarkannya lelaki itu sampai di muka rumahnya.

    “Salam buat anak-anak ya,” ujar Feeri kemudian sebelum berlalu.

    Kembali Elsa mengangguk. Dipandangnya mobil yang membawa Feri berlalu hingga lenyap di tikungan jalan. Lalu dengan hati yang dipenuhi berbagai macam persaan ia pun kembali masuk ke dalam.

    Beberapa bulan telah berlalu. Elsa tak dapat menghitung sudah berapa kali Feri datang mengunjunginya ke rumah. Setiap lelaki itu datang tak pernah tangannya lepas dari oleh-oleh yang dibawanya. Dan ia pun tak dapat membendung betapa anak-anaknya mulai menyukai tamunya itu. Tak dapat di pungkiri Feri dengan kelembutan dan sikapnya yang penuh perhatian itu mampu menjadi penghibur atas kepergian Papa mereka. Pelan tapi pasti Elsa pun mulai merasakan adanya kedekatan di antara anak-anaknya dengan Feri.

    Memang pada mulanya Koko dan Kiki sering menanyakan dimana Papa mereka dan kenapa sampai kini tidak pulang-pulang. Namun dengan pengertian yang dalam Elsa pun berhasil memberi pengertian pada anak-anaknya tentang kepergian Papa mereka.

    Dan Elsa juga cukup bersyukur setelah diberi pengerian itu, anak-anaknya tidak terlalu rewel dan bertanya macam-macam lagi yang dapat meruntuhkan ketabahannya. Karena itulah ia merasa senang dan haru mempunyai anak-anak yang manis seperti mereka.


    Bersambung.....................

    Di tulis Oleh :


    Translate to : by

    postingan ini berkategori CERITA / CERPEN / NASKAH dengan judul Dihatimu Kutitip Cinta, Bagian 6 . Jangan lupa menyertakan URL http://joyodrono-cahmabung.blogspot.com/2013/03/dihatimu-kutitip-cinta-bagian-6.html . Jika ingin memposting ulang . Terima kasih!

    On Facebook

    Pengikut

    On Twitter

    News Google