• Puisi
  • TV Online
  • Radio online
  • Live score Bola
  • Film
  • Games
  • Tukar Link
  •  joyodrono
    Diberdayakan oleh Blogger.

    KAMUS BAHASA JAWA

    Bagi penggemar serius wayang Jawa, mau tak mau harus mempelajari susastra Jawa atau paling tidak bahasa Jawa dengan lebih seksama, karena pakeliran wayang kulit purwa Jawa memakai bahasa Jawa krama atau bahkan kata-kata yang sudah jarang dipakai di pergaulan bahasa Jawa sekarang.

    Berikut ini beberapa info tentang Kamus Bahasa Jawa.

    A.Pembaca bisa ‘ melongok ‘ di Google Books, disana penerbit Kanisius – Yogyakarta mengijinkan Google memuat sebagian halaman buku Kamus Basa Jawa terbitan Kanisius untuk bisa di baca / di ‘ cicipi ‘ pembaca.

    Judul buku : Kamus Basa Jawa (Bausastra Jawa).

    Tim Penyusun : Balai Bahasa Yogyakarta

    Penerbit : Kanisius – Yogyakarta ; http://www.kanisiusmedia.com/

    Jl. Cempaka 9, Deresan, Yogyakarta 55281

    Kotakpos 1125/Yk, Yogyakarta 55011

    Tel (0274) 588783, 565996 ; Fax (0274) 563349

    Website : http://www.kanisiusmedia.com

    Email : office@kanisiusmedia.com

    Pratinjau terbatas di Google Books :

    KLIK DI SINI UNTUK MELIHAT

    B.Kamus Bahasa Jawa yang tersimpan di Perpustakaan Rumah Budaya Tembi, Jl. Parangtritis, Yogyakarta yang kami kutip lengkap dari laman http://www.tembi.org .

    KAMUS-KAMUS BAHASA JAWA

    Bahasa Jawa termasuk salah satu bahasa daerah di Indonesia yang sampai sekarang masih hidup dan terus digunakan untuk berkomunikasi oleh masyarakatnya. Seperti bahasa-bahasa daerah lainnya, bahasa Jawa juga mempunyai sejarah perkembangan bahasa yang sangat panjang. Sebelum kita mengenal bentuk bahasa Jawa yang terkini, masyarakat Jawa telah menggunakan bentuk bahasa Jawa Kuno yang diyakini berkembang pada abad 9 Masehi. Pernyataan tersebut diperkuat dengan ditemukannya prasasti dan naskah-naskah kuno berbahasa Jawa Kuno.

    Biarpun sebelum abad tersebut masyarakat Jawa sudah berkomunikasi dengan bahasa, namun yang dipakai diperkirakan bukan bahasa Jawa Kuno melainkan bahasa Sanskerta berasal dari India. Selain bahasa Jawa Kuno, bahasa yang berkembang di masyarakat Jawa tempo dulu adalah bahasa Jawa Pertengahan dan bahasa Jawa Klasik. Bahasa Jawa Pertengahan diperkirakan mulai berkembang pada masa pemerintahan kerajaan Majapahit, antara lain dengan ditemukannya naskah kidung yang berbahasa Jawa Pertengahan. Bahasa Jawa Klasik banyak digunakan semenjak masa kerajaan Surakarta.

    Tradisi tulis pada masyarakat Jawa memang telah lama terjadi, paling tidak sudah lebih dari seribu tahun yang lalu. Tradisi tulis terus mengalami regenerasi dari abad ke abad. Kegiatan menyalin naskah berbahasa Jawa terjadi di mana-mana di wilayah masyarakat Jawa dan diturunkan dari setiap generasi ke generasi, terutama di kerajaan-kerajaan Jawa. Banyaknya peninggalan naskah hingga saat ini membuktikan bahwa kegiatan penyalinan naskah di masa lampau sangat marak dilakukan. Naskah-naskah Jawa sekarang masih banyak dijumpai di berbagai tempat, antara lain: Kraton Kasultanan Yogyakarta, Pura Pakualaman Yogyakarta, Kraton Kasunanan Surakarta, Pura Mangkunegaran Surakarta, Perpustakaan Radya Pustaka Surakarta, Kraton Kasepuhan Cirebon, perpustakaan-perpustakaan di perguruan tinggi di Jawa, museum-museum di Jawa, Belanda, dan Inggris, perseorangan yang sangat banyak sekali. Bahkan penyalinan naskah sampai sekarang masih dapat dijumpai di pulau Bali.

    Ketika pulau Jawa mulai dijajah oleh Belanda, bahasa Jawa banyak menjadi penelitian para ahli bahasa atau linguis. Ahli bahasa dan sastra Belanda yang sangat berminat pada bahasa dan sastra Jawa antara lain: C.C. Berg, Zoetmulder, Th. Pigeaud, Krom, A. Teeuw, T. Roorda, Gericke, dan Brandes. Pada perkembangan selanjutnya, bahasa dan sastra Jawa juga banyak menjadi penelitian bangsa-bangsa lain, seperti dari Amerika, Australia, dan Inggris. Tidak ketinggalan pula, penerus-penerus pribumi banyak juga yang mengkaji bahasa dan sastra Jawa, mulai dari R.Ng. Ranggawarsita, Poerbatjaraka hingga Kuntara Wiryamartana. Mereka selain meneliti bahasa dan sastra Jawa juga banyak menciptakan karya-karya ilmiah berbentuk disertasi, buku, dan kamus.

    KAMUS BAHASA JAWA


    Fungsi Kamus sangat beragam, antara lain untuk penggunaan terjemahan, mengetahui makna sebuah kata, dan pemberian nama. Fungsi yang terakhir, pada dewasa ini banyak membantu masyarakat luas untuk mengetahui secara benar sebuah kata serta artinya. Pemberian nama dapat diterapkan untuk nama orang, nama gedung, nama istilah, atau nama semboyan. Tidak bisa diingkari, bahwa di sekitar lingkungan kita banyak sekali nama-nama orang, gedung, atau istilah yang mengambil dari bahasa Jawa, misalnya. Sebut saja nama orang, seperti Sabar, Eka, Jati, Guntur, atau lainnya; nama tempat, seperti Mandhala Kridha, Graha Sabha Pramana, Kridhasana (Kridosono), atau lainnya; nama istilah/semboyan, seperti Labda Prakarsa Nirwikara dan Vidyasana Viveka Vardhana (istilah AU), dan sebagainya mengambil kata-kata dari bahasa Jawa.

    Kamus Jawa memuat perbendaharaan kosa kata Jawa. Lazimnya, kamus memuat kata dasar yang disertai dengan pembentukannya, begitu pula dengan kamus Jawa ini. Kata dasar disertai dengan makna, arti dan penjelasannya. Bahkan dimungkinkan pula disertai dengan pengucapan (pelafalan), contoh-contoh padanan kata, dan contoh dalam kata bentukan, kata majemuk, atau kalimat. Yang jelas, di dalam kamus, penulisan kata adalah standard dan sesuai dengan bahasa asli.

    Kamus Jawa jumlahnya sangat banyak dan begitu beragam. Kamus-kamus ini dibuat oleh para ahli bahasa baik dalam dan luar negeri. Kamus yang dibuat meliputi kamus Jawa Kuno hingga Jawa Baru. Ada yang dwibahasa, misalnya Jawa-Indonesia, Jawa-Inggris, atau Jawa-Belanda, dan ada yang satu bahasa, misalnya Jawa-Jawa. Sementara itu juga ada kamus Jawa yang berbicara mengenai unggah-ungguh. Ada beberapa kamus Jawa yang menjadi koleksi perpustakaan TeMBI, seperti yang akan penulis uraikan di bawah ini.

    Pertama adalah kamus Baoesastra Jawa karangan W.J.S. Poerwadarminta. Kamus ini diterbitkan pada tahun 1939 oleh penerbit J.B. Wolters’ Uitgevers-Maatschappij NV di kota Batavia (Jakarta, red). Kamus ini termasuk satu bahasa, yakni Jawa-Jawa, tebal 670 halaman, dimulai dari abjad a-z.

    Kedua, Kamus Kawi-Jawa karangan C.F Winter Sr. dan R.Ng. Ranggawarsita dialih aksarakan oleh Asia Padmopuspito dan A. Sarman Am. Kamus diterbitkan tahun 1994 (cetakan kelima) oleh penerbit Gadjah Mada University Press di kota Yogyakarta. Kamus ini aslinya bertuliskan huruf Jawa, namun sudah dilatinkan dan termasuk dwibahasa, yakni Jawa Kuno-Jawa, tebal 311 halaman. Dimulai dari huruf atau aksara ha-nga.

    Ketiga, kamus Baoesastra Jawa-Indonesia karangan S. Prawiroatmodjo. Kamus diterbitkan tahun 1993 (cetakan keenam) oleh penerbit Haji Masagung di kota Jakarta. Kamus terdiri dari dua buku, buku satu 495 halaman, buku dua 335 halaman. Dimulai dari abjad a-z. Kamus termasuk dwibahasa, yakni Jawa-Indonesia.

    Keempat, Kamus Jawa Kuna-Indonesia karangan P.J. Zoetmulder diterjemahkan oleh Darusuprapta dan Sumarti Suprayitna. Kamus diterbitkan tahun 1995 oleh penerbit Gramedia di kota Jakarta. Kamus terdiri dari dua buku, buku satu 722 halaman, mulai a-o, buku dua 1496 halaman, mulai p-y. Kamus ini aslinya berbahasa Jawa Kuna-Inggris, berati termasuk kamus dwibahasa.

    Kelima, kamus Old Javanese-English Dictionary karangan P.J. Zoetmulder. Kamus diterbitkan tahun 1982 oleh penerbit ‘s-Gravenhage-Martinus Nijhoff. Juga terdiri dari dua buku, buku satu 1220 halaman, mulai a-o, buku dua 2368 halaman, mulai p-y. Termasuk kamus dwibahasa.

    Keenam, kamus Javaansch-Nederlandsch Handwoordenboek karangan J.F.C. Gericke dan T. Roorda. Kamus diterbitkan tahun 1901 oleh penerbit Boekhandel en Drukkerij Leiden dan Johannes Muller Amsterdam. Kamus terdiri dari dua buku, buku satu 905 halaman, mulai ha-sa, buku dua 872 halaman, mulai wa-nga. Kamus berhuruf Jawa-Latin dan termasuk dwibahasa.

    Ketujuh, kamus Bausastra Indonesia-Djawa karangan Unggar. Kamus diterbitkan pada tahun yang tidak diketahui oleh penerbit Lauw di kota Solo. Dimulai dari abjad a-z, terdiri dari 383 halaman. Kamus berhuruf Latin ini termasuk kamus dwibahasa, berbentuk kamus saku karena ukurannya kecil.

    Kedelapan, Baoesastra Mlajoe-Djawa karangan Sasrasoeganda. Kamus diterbitkan pada tahun 1914 (cetakan kedua) oleh penerbit Bale Poestaka di kota Batavia (Jakarta, red). Kamus terdiri dari 564 halaman, dimulai dari abjad a-z.

    Terakhir, kamus kesembilan adalah Kamus Unggah-Ungguh Basa Jawa karangan Haryana Harjawiyana dan Th. Supriya. Kamus diterbitkan pada tahun 2001 oleh penerbit Kanisius di kota Yogyakarta. Penerbitan kamus ini dalam rangka menyongsong Kongres Bahasa Jawa III di Yogyakarta tanggal 15-21 Juli 2001 yang lalu. Kamus setebal 485 halaman ini termasuk kamus istimewa, sebab menjelaskan setiap kata ngoko bahasa Jawa yang disertai dengan kata krama dan krama inggil. Di samping itu juga ada tambahan contoh-contoh kalimat penerapan bahasa Jawa ngoko, krama, krama inggil, dan terjemahan bahasa Indonesia. Kata ngoko yang dijelaskan selain dalam kata dasarnya, juga kata bentukan. Misalnya kata dasar ngoko turu ‘tidur’ dijelaskan bentuk krama (tilem) dan krama inggil (sare). Kata bentukan dari turu misalnya dakturokne ‘saya tidurkan’, diturokake ‘ditidurkan’, dituroni ‘ditiduri’, nurokake ‘menidurkan’, nuroni ‘meniduri’, dan sebagainya.



    Demikian beberapa kamus bahasa Jawa di perpustakaan TeMBI. Pada edisi selanjutnya nanti akan diuraikan jenis kamus lain. Semoga bermanfaat bagi pembaca.
    Naskah : Suwandi Suryakusuma
    Foto : Didit PD.

    Source: http://wayangpustaka.wordpress.com

    Di tulis Oleh :


    Translate to : by

    postingan ini berkategori ARTIKEL / NASKAH / SASTRA dengan judul KAMUS BAHASA JAWA . Jangan lupa menyertakan URL http://joyodrono-cahmabung.blogspot.com/2011/07/kamus-bahasa-jawa.html . Jika ingin memposting ulang . Terima kasih!

    Belum ada komentar untuk " KAMUS BAHASA JAWA "

    On Facebook

    Pengikut

    On Twitter

    News Google